Dasar Teori
Cartography is the Art, science and
technology of making maps, together with their study as scientific documents
and wokrs of art (The Multilingual Dictionary of Technical Term in
Cartography, International cartography Association/I.C.,1973)
Menurut internatioanl cartography
Association (ICA), kartografi adalah “seni, ilmu penegtahuan, dan
teknologi tentang pembuatan peta-peta sekaligus mencakup studinya sebagai
dokumen ilmiah dan hasil kerja seni”.
Dari definisi tersebut, dijelaskan bahwa
salah satu tugas seorang Kartograf adalah membuat peta. Membuat peta yang
dimaksud disini adalah rancangan simbol (simbol design), tata letak peta (map
layout), isi peta (map content), dan generalisasi (generalization).
Dalam menyajikan hasil rancangan peta (map
design), seorang kartograf dapat dibantu oleh seorang juru gambar (draft man).
Dengan demikian, jelaslah bahwa seorang juru gambar bukanlah seorang kartograf.
Untuk mnecapai hasil yang optimal, seorang kartograf seyogyanya mengetahui
cara/teknis penggambaran yang baik. Dengan demikian, perancang peta
(kartografer) dapat meneliti/mengontrol kualitas gambar yang dihasilkan oleh
juru ganbar (draft man)
desain grafis merupakan bagian vital dari
kartografi, karena dibutuhkan komunikasi yang efektif dari simbol-simbol yang
didesain.
Ada 3 komponen dari kartografi desain:
warna, pola, dan topografi (seni cetak, tata huruf). Ada banyak cara memetakan
data ruang (spaial) yang kesemuanya harus disajikan dengan simbol.
untuk memudahkan pelaksanaan simbolisasi
dari banyak variasi data maka diadakan klasifikai simbol.
1. Simbol titik
Simbol titik digunakan untuk meyajikan
tempat atau data posisional seperti suatu kota, titik tringulasi dan
sebagainya.
Simbol tersebut bisa berupa dot, segitiga,
segiempat, lingkaran, dan sebagainya.
2. Simbol Garis
Digunakan untuk menyajikan data-data
geografis misalnya sungai, batas wilayah, jalan dan sebagainya.
Dasar Teori
Definisi pata (menurut ICA) :A map is a
represeniation, normally to scale and on a fiat medium, of a selection of
material or abstrac jeatures on, or in relation to the earth’s surface or of a
colestial body (The Multilingual Dictionary of Technical Term in Cartography,
ICA. 1973).
Terjemahan bebas :
“Peta adalah suatu represtasi/gambaran
unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih di permukaan bumi,
atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan
pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan”.
Dengan demikian skala peta adalah perbandingan antar jarak di peta, globe,
model relatif atau penampang melintang dengan jarak sesungguknya di permukaan
bumi.
skala
=
skala peta dibedakan lagi menjadi :
1. Skala angka/skala
pecahan
Skala yang dinyatakan dngan angka dan
pecahan
Contoh :
- Skala angka
(numerical scale) – 1 : 50.000
- Skala
pecahan (representative) fraction = RF – 1/50.000
Hal ini menunjukkan bahwa satu satuan jarak
pada peta mewakili 50.000
Satuan jarak horizontal di permukaan bumi.
Jadi berarti:
- 1 cm dip eta
mewakili 50.000 cm di lapangan (500m) atau ½ km
- 1 inci
mewakili 50.000 inci atau 50.000/63.360 mile
2. Skala yang dinyatakan
dengan kalimat
Pada peta-peta yang menggunakan satuan
pengukuran metric (misalnya peta-peta di Inggris), skala yang
dinyatakan denga kalimat sering dilakukan.
Contoh:
“1 inch to one mile”------- 1 : 63.360
“1 inch to two mile”------- 1 : 126.720
Tetapi cara ini, biasanya sebagai tambahan
di samping cara-cara yang lain.
3. Skala grafis (graphical
scale line)
Dari skala angka 1 : 50.000, menjadi skala
grafis sebagai berikut :
1
km 0
km 1
km 2
km 3km 4
km
1 km 0
km 1
km 2
km 3
km 4 km
1 : 63.360
Untuk menentukan panjang dari skala
grafis, dapat digunakan rumus sederhana sebagai berikut :
S =
Dimana :
S =
Skala, sebagai suatu pecahan
Missal
1 : 25.000
MD = Jarak pada peta
GD = Jarak di lapangan
Contoh:
Pada peta skala 1 : 25.000, tentukan
panjang skala grafis yang mencerminkan jarak 5 km di lapangan.
Diketahui:
Skala = 1 : 25.000
GD = 4 km
Ditanyakan: jarak pada peta?
Jawab:
S =
MD = S X GD
MD =
MD = 16 CM
Pada peta-peta yang tidak menggunakan
satuan pengukuran metrik (misalnya peta-peta di Inggris), skala yang dinyatakan
dengan kalimat sring dilakukan.
Memperbesar dan memperkecil peta (mengubah
skala peta)
1. Dengan system grid
bujur sangkar (gird square), cara ini dikenal dengan metode Union Jack.
2. Dengan alat Pantograph
3. Dengan alat Map-O-Graph
4. Proses Photograph
Cara memperbesar dan memperkecil peta pada
dengan proses fotografi ini cukup mahal biayanya, karena harus menggunakan film
negative dan film positif.
DASAR TEORI
Untuk
memindahkan bidang lengkung kebidang datar tidak mungkin dilakukan tanpa kesalahan.Berdasarkan hal
ini maka dicari cara-cara yntuk memindahkan bidang lengkung tersebut kebidang
datar dengan kesalahan yang sekecil-kecil nya.cara-cara inilah yang disebut
dengan proyeki peta.
Menurut
Erwn Raisz,proyesi peta adalah sitem paralel dan meridian untuk
menggambarkan peta.sedangkan menurut steers,proyeksi peta adalah cara
menggambar kan garis-garis paralel dan meridian dari globe ke kertas
datar.Walaupun sangat sukar untuk membuat peta yang tepat dari bagian bola dunia,tetapi
bukan berarti sukar untuk menentukan kualitas dari proyeksi yang
digunakan.Kualitas dari proyeksi tergantung dari:
-Luas
daerahnya
-Bentuk
daerahnya
-Skala
yang digunakan
-Hubungan
satu dengan yang lain
-Mudahnya menggambarkan
Proyeksi peta dapat digolong-golongkan
menjadi beberapa dasar yaitu;
1. Berdasarkan
garis karakteristik ,dibedakan adanya 3 macam proyeksi yaitu ;
a) Proyeksi
normal,dimana garis kaeakterisik berimpit dengan sumbu bumi
b) Proyeksi
trasversal,garis karaktristik tegak lurus pada sumbu bumi.
c) Proyeksi
oblique,(miring),garis karakterstik membentuk sudut lancip dengan sumbu bumi
2. Bedasarkan
kesalahannya
Dengan mengabaikan unsur-unsur
lainnya,kita dapat mempertahankan kebenaran dari salah satu segi,dalam hal ini
dibedakan:
a) Proyeksi
equivalent,luasnya tetap benar,artinya luas bagian-bagian dari peta itu sama
dengan luas. Bagian-bagian tersebut pada globe dengan skala yang sama.
b) Proyeksi
equidistant,proyeksi yang jarak nya tetap,artinya pada jarak dengan arah
tertentu pada peta,sama dengan jarak itu pada globe dengan skala yang sama
c) Proyeksi
conform,proyeksi yang benyuknya tetap,artinya bentuk pada peta sama dengan
bentuknya diglobe dengan skala yang sama.Tetapi harus diingat bahwa
bentuk yang tetap ini hanya mungkin untuk lua yang terbatas saja.syarat-syarat
nya ialah:
- Paralel dan
meridian saling tegak lurus
- Skala
ke segala arah pada setiap titik harus sama,tetapi skala dari titik yang satu
dengan ke titik yang lai boleh berbeda
- Perbandingan
unsure paralel dan meridian tetap
3. Berdasarkan
konstruksinya,
a) Proyeksi
perspektif,proyeksi yang konstruksinya memang bersifat mathemattis,jadi sama
dengan proyeksi dalam artian umumnya.
b) Proyeksi
non perspektif,adalah proyeksi yang tidak bersifat perspektif tetapi merupakan
modifikasi dari proyeksi modifikasi dari proyeksi perspektif.ini biasanya
dibuat untuk praktisnya saja
4. Berdasarkan
bidang proyeksi
a) Proyeksi
zenithal atau azimuthal.
Bidang proyeksi berupa bidang datar yang
menyinggung bola pada kutub,equator atau diseberang tempat
b) Proyeksi
silinder
Pada proyeksi ini semua paralel merupakan
garis lurus horizontal dan semua meridien berupa garis lurus vertical.karena
itu semua proyeksi-proyeksi dengan paralel,horizontal, dan meridien veryikal
sering digolongkan dakam proyeksi silinder ini.
c) Proyeksi
kerucut
Didapat dengan mamproyeksikan globe pada
kerucut yang meninggung atau memotong globe,kemudian dibuka.Menbentangkan
proyeksi ini di tentukan oleh sudut puncak nya.
Tiap proyeksi krucut yang normal mempunyai
paralel yang melingkar dan meridian berupa garis lurus yang radian.terutama
baik untuk daerah-daerah yang terletak dilintang tengahan.
Memilih proyeksi
Yang
kita persoalkan dalam proyeksi ini adalah menggambarkan permukaan
bumi dengan suatu cara yang mempunyai kesalahan yang sekecil-kecilnya.Sepertinya
telah diterangkan didepan,kesalahan dari tiap proyeksi itu pasti ada.kesalahan
ini dapat berupa kesalahan bentuk,luas maupun jarak.
Ada juga proyeksi yang dapat
mempertahankan kebenaran salah satu segi,meskipun dengan akibat kesalahan pada
segi lain diperbesar.Oleh karena itu kita dapat memiih salah satu proyeksi yang
kita anggap sesuai dengan tujuan
Untuk itu perlu diperhatikan dalam memilih
proyeksi peta yaitu mengenai:
1. Maksud
pemetaan
2. Besar
atau luas nya daerah
3. Bentuk
daerah
4. Letak
daerah
5. Mudah
menggambarnya
Untuk menggambarkan peta diagram yang
sederhana lebih baik digunakan proyeksi peta dengan paralel dan meridian yang
lurus(horizontal dan vertical),karena:
- Lettering
tidak membengkok
- Paralel
dan meridian dapat dihapuskan,hanya dipinggirnya saja diberi angka pembagian
derajat
Untuk peta yang menunjukan hubungan antara
jumlah dan penyebaran sesuatu dengan luas daerah,lebi baik kita gunakan
proyeksi quill arca.misalnya saja peta rapat penduduk,hasil bumi,peta iklim dan
sebagainya
Besar atau luas suatu daerah juga
mempengaruhi pemilihan proyeksi peta ini.Untuk daerah yang sempit,banyak
proyeksi yang dapat digunakan,karenapenggambarannya yang tak akan banyak
kesalahan ,untuk peta yang berskala dunia biasanya digunakan proyeksi
konvensiona.
Bentuk daerah yang membujur misalnya(arah
timur barat sebaiknya digunakan proyeksi yang kesalahan nya terutama kearah
utara selatan.Misal nya proyeksi silinder,kerucut.Untuk daerah yang membujur
dengan arah utara selatan maka digunakan proyeksi pata denagn kesalahan
terutama kearah timur dan barat.Misalnya proyeksi sinusoidal
Letak daerah yang dipetakkan juga menjadi
salah satu pertimbangan untk memilih proyeksi peta yang digunakan
.pada garis besarnya dapat dikatakan bahwa:
- Proyeksi
silinder sesuai untuk daerah equator
- Proyeksi
kerucut sesuai untuk daerah lintang tengah
- Proyeksi
azimunthal untuk daerah kutub.Tapi karena berpusat,maka sering digunakan
DASAR TEORI
Relief
adalah bertentangan fisikal, konfigurasi nyata dari permukaan bumi atau dalam
arti dalam arti bebas perbedaan perbedaan dari ketinggian dan kemiringan
permukaan bumi.(Dictionary of geography).
Untuk menggambarkan bentuk tiga dimensional
ini ada beberapa macam.dalam praktikum ini yang dipakai adalah dengan metode
garis kontur. Ada dua cara yang diperfungsikan yaitu ”hill shading” dan “layer
shading” yaitu dengan ian dan dua warna. Untuk itu perlu dipahami dulu mengenai
garis kontur baik cara pembuatan atau ketentuan ketentuan yang lain.
Garis
kontur adalah garis garis yang menghubungkan titk titik yang mempunyai
ketinggian yang sama, diatas ataupun di bawah bidan referensi(datum plane). Ada
pun beberapa sifat garis kontur yang perlu diketahui adalah :
1. Garis
kontur yang rapat lerengnya curam atau terjal
2. Garis
kontur selalu bersifat horizontal
3. Garis
kontur selalu berkelok mengikuti bentuk lerengnya,
4. Garis
kontur selalu tegak lurus dengan aliran/ alur sungai
5. Garis
kontur selalu tertutup
Untuk
membaca ketinggian pada garis kontur tertentu terdapat angka indeks
kontur, yaitu yang menunjukan beberapa ketinggian garis nkontur tersebut, juga
dengan indeks ini dapat diketahui leh beberpa kontur intervalnya(ci). Contur
intrval atau interval kontur adalah jarak vertikal antara tiap tiap
garis kontur, yang esarnya dibuat tetap pada sebuah peta:
Penentuan interval kontur pada:
1. Tujuan
pemetaan
Bila ingin mengetahui relief secara
teliti, dibuat kontur yang kecil
2. Skala
peta
Skala kecil maka ci besar
Skala besar,maka ci kecil
Rumus umum yang sering digunakan adalah ½
adalah sebagai berikut
a. Ci=
1/2000 x penyeut skala (m)
b. Skala
imperial = ci =(25 x mile/ inchi)feet
3. Konfigurasi
relief=
Relief aksar / bergunung gunung sebaiknya
ci besar.
Relief dasar ci kecil supaya leih tampak
jelas bedanya
4. Pengukuran
tinggi tempat
Untuk mendapatkan relief yang baik ,
diperlukan kontur rapat sehingga ada
Penggambaran garis kontur dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu (bil diketahui titik ketinggianya)
ü Interpolasi
liner
ü Interpolasi
grafis
Berdasarkan garis kontur tersebut,
konfigurasi relief lebih mudah dibaca bila dibandingkan metode
lainya, namun demikian kadang kadang penggambaran relief dengan
garis kontur saja kesan tiga dimensinya sulit digambarkan,sehingga timbul cara
yaitu hill shading dan layer shading (hypsometric shading)
1. Hill shading
Adalah
pemberian warna atau bayangan pada suatu gambar relief untuk menciptakan suatu
bentuk tiga dimensional pada metode garis kontur. Prinsip yang dipakai adalah
dengan menggunakan prinsip penyinaran. Biasanya penyinaran / arah sinar datang
dari arah barat laut, sehingga bayangan terjadi di sebelah tenggara
2.Layer shading
Walaupun
garis kontur memberikan informasi mengenai ketinggian dan
kemiringan, namun metode ini tidak membantu dalam membaca ketinggian dan
kemiringan, namun metode ini dapat membantu saat membaca peta tentang kesan
yang menyeluruh (kesan relief pada suatu peta). Untuk mengatasi masalah
masalah ini pada zona zona ketinggian tertentu diberi warna dan dan
hal ini akan memberikan kesan menyeluruh sehingga relief secara keseluruhan di
ketahui dengan jelas.
Penggunaan
skala warna pada metode ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kesan ketinggian dari rendah ke lebih tinggi misalnay :
ü Daerah /
zona ketinggian 100 – 200 m; biru
ü Daerah / zona
ketinggian 200 – 300 m; hijau
Warna yang paling banyak digunakan untuk
mencermikan relief adalah adalah dari warna hijau tua( dark green) untuk
daerah yang lebih rendah, sampai ke warna hijau muda,kuning dan coklat untuk
daerah yang lebih tinggi.
Contoh ( yang sering digunakan )
Ø 2000 –
4000 :merah coklat (brown – red)
Ø 2000 –
4000 :coklat merah ( red – brown )
Ø 1000 –
2000 :coklat (brown)
Ø 500 –
1000 : coklat muda (light brown)
Ø 200 –
500 :kuning (yellow)
Ø 100 –
200 :hijau kuning (yellow-green)
Ø 100 (hijau
biru)
DASAR TEORI
Untuk
mengukur luas genangan suatu permukaan lain yang tidak teratur bentuknya dapat
dengan menggunakan beberapa metode. Metode itu masing-masing mempunyai
kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri. Dari pengukuran luas itu dapat
ditentukan pula volume dari genangan tersebut. Syarat yang diperlukan dari
perhitungan luas dan volume ini adalah garis-garis kontur yang terdapat pada
peta daerah tersebut.
A . SQUARE METHOD
Ini
adalah cara yang paling sering digunakan apabila peralatan yang diperlukan kurang
memadai. Selain itu cara ini mudah untuk dilakukan. Peralatan yang diperlukan
hanyalah alat tulis seperti penggaris dan pensil. Pekerjaan untuk square method
atau metode grid ini adalah dengan membuat grid atau kotak-kotak dengan sisi
yang mempunyai panjang tertentu pada gambar daerah yang akan dihitung luasnya.
Hasil
yang diperoleh memang tingkat ketelitiannya tidak tinggi tetapi sangat
tergantung dari panjang sisi atau luas kotak yang digunakan. Semakin besar
kotak yang dibuat, maka akan semakin kecil tingkat ketelitiannya akan lebih
tinggi.
B . STRIPPED METHOD
Cara
ini dilakukan juga tidak tersedia cukup peralatan, khususnya peralatan untuk
mengukur luas. Metode ini adalah dengan menggunakan garis-garis sejajar yang
dibuat sedemikian rupa sehingga seluruh daerah yang akan diukur luasnya terbagi
menjadi beberapa bagian oleh garis-garis ini. Dengan mengukur masing-masing
daerah yang dibatasi oleh garis-garis tersebut kemudian menjumlahkannya menjadi
di luas total, maka luas daerah tersebut dapat dijumlahkan menjadi luas total,
maka luas daerah tersebut dapat dihitung denagn mengalikan luas total tersebut
dengan penyebut skala.
C . TRIANGEL METHOD
Metode
ini pada prinsipnya menggunakan luas segitiga, yang dibuat sedemikian hingga
seluruh daerah terbagi menjadi beberapa buah segitiga. Untuk lebih memudahkan
perhitungan dapat ditarik garis tegak lurus dengan salah satu sisi segitiga
yang berfungsi sebagai alasnya. Sehingga luas segitiga dapat dihitung dengan
menggunakan rumus segitiga biasa: ½ alas x tinggi
D. METODE PLANIMETER
Metode
ini dengan menggunakan alat planimeter. Dengan alat ini maka pekerjaan dapat
menjadi lebih cepat dan ketelitian yang dihasilkan cukup tinggi. Pemasangan
alat yang benar sangat mempengaruhi tingkat ketelitian yang diperoleh.
Dari
hasil pengukuran luas tersebut dapat dihitung volume suatu genangan, yaitu
dengan mengukur luas daerah ruang dibatasi oleh tiap-tiap kontur pada genangan
tersebut. Jadi pada prinsipnya kita ukur lebih dulu luas tiap-tiap daerah yang
dibatasi tiap kontur, lalu dengan suatu formula dapat kita tentukan volumenya.
Formulanya yang digunakan adalah:
volume:
Ci adalah contur interval
DASAR TEORI
Lay
out atau tata letak adalah menyusun atau mengatur informasi
(marginal information) peta supaya posisi masing- masing elemen secara bersama-
sama nampak harminis. Informasi tepi peta meliputi : judul, skala peta,
orientasi, legenda, sumber, graticule ( lintang- bujur), penyusun peta,
bingkai, nomor seri peta dan insert.
Semua
informasi yang akan di masukan ke dalam peta perlu di pertimbangkan terlebih
dahulu bagian kosong dari lembar peta. Sehingga akan di dapatkan hasil peta
yang lebih menarik dan seimbang. Komposisi peta tergantung pada ruangan yang
ada pada peta dan juga seni dari si pembuat peta.
Hal- hal yang perlu di perhatikan dalam
layout peta :
1. Judul
peta
Menunjukan
daerah yang di gambarkan dalam waktu tertentu atau di sebut pula jenis petanya.
Misal : peta migrasi penduduk jawa tahun 1984. Judul dapat di letakan di
sebelah kanan atas, kiri atau tengah atas dari peta, tergantung pada komposisi
peta.
Tulisan
judul lebih menyolok daripada nama daerah penelitiannya, sehingga pembaca peta
dapat dengan mudah dan jelas mengerti judul peta tersebut. Ukuran huruf antara
tema, daerah penelitian dan skala tidak sama, dan ukuran huruf di sesuaikan
dengan ukuran peta.
Di
bawah judul biasanya disertakan skala peta baik skala numeric maupun skala
grafis. Tulisan skala lebih kecil dari teman dan daerah penelitaian.
2. Orientasi
Biasanya
diletakan di tyempat yang kosong dan dibuat kira-kira tegak lurus ke atas tepat
dibawah judul. Sebenarnya posisi orientasi ini tidak harus di bawah judul,
tetapi tergantung dari posisi peta dan ruang yang memungkinkan sehingga
memungkinkan sehingga memberikan kesan yang menarik dan harminis. Bila telah
ada grid-gridnya, maka panah utara tidak perlu.
3. Legenda
Legenda
ini merupakan kunci peta, sehingga harus mengandung keterangan simbol- simbol
yang di pergunakan baik simbol titik, garis maupun area. Disamping itu arti
singkatan di dalam peta harus di cantumkan pula. Legenda di letakan di dalam
garis tepi peta bagian kiri atau kanan bawah.
4. Graticule
(letak lintang – bujur)
Angka
ditulis dengan garis tepi, antara garis tepi luar dan dalam, Tanda- tanda
kordinat graticule ditambahkan dengan garis- garis memotong peta insert.
5. Pencatatan
sumber
Biasnya
diletakan di dalam bingkai di bagian kanan bawah dengan menyebutkan nama
sumber.
6. Garis
tepi
Peta
dibatasi dengan kerangka yang garis-garis tidak terlalu tipis. Bentuk empat
persegi panjang yang terdiri dari dua buah garis yang sejajar lebih kurang ¼
inchi.
7. Penyusunan
/ pengamabr peta
Untuk
menunjukan siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan peta harus di tulis
nama penyusun / penggambar peta berikut: tahun pembuatannya. Ditulis di sebelah
di luar bingkai peta.
8. Nomor
seri
Ditulis
di bagian atas diluar bingkai peta.
9. Inset
Apabila
diperluakan dapat dibuat inset, peta yang letaknya tersendiri). Diletakan di
bagian bawah kanan di sebelah kanan dari legenda. Inset ini dapat menunjukan:
ü Suatu bagian peta pokok yang
di anggap penting, di perbesar skalanya
ü Lokasi daerah yang dipetakan
terhadap daerah lain dalam peta pokok, dapat digambarkan suatu inset yang
bersekala kecil.
ü Bagian lain dari peta pokok
karena kauangannya kurang atau menghemat ruangan, maka dipindahkan kedalam
bagian tersendiri yaitu pada inset dengan skala yang sama.
1. Lettering
Lettering
bukan merupakan unsur yang dipetakan, melainkan sebagai tambahan untuk
memberikan identitas obyek yang dipetakan. Pada pekerjaan lettering suatu peta
di perlukan pertimbangan- pertimbangan yang cermat dari seorang kartografer,
karena hasilnya akan mempengaruhi kenampakan suatu peta. Kesalahan karena
lettering dapat menyebabkan peta tidak enak dipandang, sulit dibaca/ dimengerti
dan nampak padat dengan huruf-huruf .
Untuk
menghindari masalah telah dibuat aturan- aturan penempatan besrta tipe huruf
yang digunakan dalam mewakili suatu kenampakan.
Faktor- faktor yang dapat diperhatikan
dalam pekerjaan lettering suatu peta adalah;
1. Corak/Macam
dari huruf
2. Bentuk
huruf
3. Ukuran
huruf
4. Kontras
antara huruf dengan latar belakang
5. Metode
lettering
6. Penempatan
nama
7. Hubungan
antara lettering denagn reproduksinya.
Tipe huruf yang sering digunakan dalam
pembuatan peta antara lain adalah sebagai berikut:
1. Roman,
yaitu tegak, tebal tipis, bersirip, biasanya digunakan untuk made featur
2. Italic,
yaitu miring, tebal tipis, bersirip, biasanya untuk hidrograpic (tumbuh
air)
3. Gothic,
yaitu tegak, sama tebal, tanpa sirip, biasanya untuk kenampakan relief(lembah
gunung)
4. Gothic
italic, yaitu miring, sama tebal, tanpasirip biasa digunakan untuk jaringan
perhubungan atau komunikasi(telepon dan sebagainya).
2. Penempatan
nama
Penempatan
nama sering merupakan pekerjaan yang sukar teutama untuk peta yang padat dengan
nama- nama. Maksud dari aturan- aturan penempatan nama ialah agar mudah dibaca
dan tidak membingungkan bagi si pemakai peta, nama- nama yang diwakilinya.
Aturan penempatan nama:
a. Nama-
nama dalam suatu lembar peta harus teratur susunannya. Harus sejajar dengan
tepi bawah peta (untuk peta bersekala besar) atau sejajar dengan garis
paralel/grid (untuk peta skala kecil). Apabila hal diatas tidak dapat dipenuhi,
maka nama- nama harus ditulis atau ditempatkan dari bawah ke atas untuk nama-
nama di bagian kiri peta dari atas ke bawah. Untuk nama- nama di kanan peta.
Hal ini berlaku juga bagi nama- nama yang sejajar dengan meridian.
b. Nama-
nama dapat memberi keterangan dari unsur- unsur berbentuk titik, garis dan
luasan/ area.
· Nama
untuk unsur titik (misalnya kota, gunung, dan sebagainya) sebaiknya di letakan
bagian samping kanan agak ke atas dari unsur tersebut.
· Nama
untuk unsur yang terbentuk memanjang (misalnya sungai, pantai, batas, dan
sebagainya) sebaiknya di letakan sejajar unsur tersebut. Apabila cukup lebar
nama diletakan di dalam (misalnya sungai yang lebar). Untuk sungai yang berupa
garis sebaiknya ditempatkan sedikit di atas obyeknya (misalnya 0,5mm). Nama-
nama unsur yang memanjang sebaiknya diulang dengan jarak tertentu.
· Nama
unsur luasan/area (misal negara, pegunungan, dan sebagainya). Sebaiknya
ditempatkan memanjang sehingga menempati ⅔ dari panjang daerah. Penempatan dari
huruf- huruf sedapat mungkin menunjukan karakteristik dari bentuk daerah itu.
c. Nama-
nama harus terletak bebas satu sama lain. Dan sedapat mungkin tidak
tergangguoleh simbol- simbol lainya. Nama-nama tidak bolehsaling berpotongan,
kecuali ada nama yang letak huruf- hurufnya melengkung, lengkungannnya harus
teratur dan tidak boleh terlalu tajam lengkungannya.
d. Dalam
hal ini banyak nama yang trpusat di suatu daerah, harus di atur sedemikian rupa
sehingga terlihat distribusi nama- nama di tempat itu tidak terlalu padat
dibanding dengan daerah lain di peta. Tetapi harus di jaga jangan sampai ada
keraguan unsur- unsur mana yang di wakili oleh nama- nama tersebut.
e. Angka
ketinggian dari garis kontur di tempatkan di celah- celah tiap kontur dan
penempatanya harus sedemikian rupa sehingga tiap angka ada arah mendaki lereng.
Penyimpangan dari aturan ini boleh dilakukan apabila terjadi angka-angka
menjadi terbalik dari arah pembaca peta, sehingga sulit untuk dibaca.
f. Pemilihan
(jenis) huruf tergantung sepenuhnya pada perencana (kartografer) sendiri. Akan
tetapi jenis- jenis huruf haruslah fit pada keseluruhan isi peta. Ada beberapa
aturan mengenai pemakaian jenis huruf ini. Misalnya huruf tegak lurus untuk
nama- nama unsur buatan manusia (kota, jalan, dan lain- lain) serta huruf
miring untuk nama-nama unsur alam (sungai, danau, dan lain-lain). Tetapi pada
dasarnya tidak ada aturan yang pasti tentang hal ini. Dan tetap pemilihan jenis
huruf diserahkan sepenuhnya pada kartografer.
DASAR TEORI
Membaca peta dapat dartikan sebagai usaha
mempelajari/mengetahui kenampakan-kenampakan dpermukaan bumi dengan melalui
peta.terutama melalui simbol-simbol dan juga legenda yang ada pada peta
menafsir peta merupakan usaha lebih lanjut dari membaca peta yaitu berdasarkan
kemampuan yang dibaca pada peta.untuk dapat membaca dan menafsir peta dengan
baik maka yang harus dimiliki adalah
1. Keampuan
membayangkan (imagination)
2. Ketajaman
menganalisis (a keen sence of analisis),dapat menganalisis Setiap kenampakan
yang ada pada peta baik secara sendiri-sendiri maupun keseluruhan
3. Latihan
yang teratur (regular training) kecuali latihan dalam ruang (laboratorium) juga
harus berani keluar (lapangan)untuk mengecek kebenaran pembaca/interpretasi
4. Pengetahuan
secara umum kerena peta memuat berabagai kemampuan dan pembacaan peta harus
sesuai dengan maksud tertentu,maka harus sering memperlihatkan berbagai ilmu
terutama dalam kaitannya dengan peta dan pengetahuan umum.
Kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul
dalam membaca dan menafsir peta adalah
a) Kurang
mengenal proyeksi peta.
b) Pembaca
peta berbuat adalah dalam pembaca peta
c) Kurangnya
pengertian mengenai persoalan dan salah menggunaan metode pembacaan.
d) Peta yang
di baca kurang dapat dpercayai atau peta tersebut tidak sesuai lagi.
e) Jarak
yang mendatar yang dikira jarak sebenarnya.
Sebelum membaca suatu peta kita harus
memperhatikan faktor-faktor yang terdapat pada suatu peta:
1. Judul
peta
2. Type
peta
3. Indeks
peta
4. Sumber
peta
5. Tahun
pembuatan peta
6. Proyeksi
peta
7. Skala
peta
8. Oreintasi
9. Administrative
peta
10. legenda
didalam pembuatan peta perlu
disertakan simbol-simbol agar peta dapat dibaca.simbol adalah alat yang
berfungsi untuk menggambarkan keadaan medan dan letaknya dalam peta.simbol yang
baik adalah simbol yang dkenal dengan mudah dan juga mudah dibaca.
Menurut artinya simbol dapat dibedakan
menjadi
1. simbol
kualitatif
menyatakan identifikasi atau menlukiskan
keadaan asli dari unsur.
2. Simbol
kualitatif
Menyatakan identitas asli dari daerah yang
dwakili
Tidak ada komentar:
Posting Komentar