Kamis, 09 Juli 2009

GEOGRAFI SMA MUHAMMADIYAH 1 TASIKMALAYA: ILMU PROYEKSI PETA














KONSEP DASAR PEMETAAN

Dasar Teori
Cartography is the Art, science and technology of making maps, together with their study as scientific documents and wokrs of art (The Multilingual Dictionary of Technical Term in Cartography, International cartography Association/I.C.,1973)
Menurut internatioanl cartography Association (ICA), kartografi adalah “seni, ilmu penegtahuan, dan teknologi tentang pembuatan peta-peta sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen ilmiah dan hasil kerja seni”.
Dari definisi tersebut, dijelaskan bahwa salah satu tugas seorang Kartograf adalah membuat peta. Membuat peta yang dimaksud disini adalah rancangan simbol (simbol design), tata letak peta (map layout), isi peta (map content), dan generalisasi (generalization).
Dalam menyajikan hasil rancangan peta (map design), seorang kartograf dapat dibantu oleh seorang juru gambar (draft man). Dengan demikian, jelaslah bahwa seorang juru gambar bukanlah seorang kartograf. Untuk mnecapai hasil yang optimal, seorang kartograf seyogyanya mengetahui cara/teknis penggambaran yang baik. Dengan demikian, perancang peta (kartografer) dapat meneliti/mengontrol kualitas gambar yang dihasilkan oleh juru ganbar (draft man)
desain grafis merupakan bagian vital dari kartografi, karena dibutuhkan komunikasi yang efektif dari simbol-simbol yang didesain.
Ada 3 komponen dari kartografi desain: warna, pola, dan topografi (seni cetak, tata huruf). Ada banyak cara memetakan data ruang (spaial) yang kesemuanya harus disajikan dengan simbol.
untuk memudahkan pelaksanaan simbolisasi dari banyak variasi data maka diadakan klasifikai simbol.
1.   Simbol titik
Simbol titik digunakan untuk meyajikan tempat atau data posisional seperti suatu kota, titik tringulasi dan sebagainya.
Simbol tersebut bisa berupa dot, segitiga, segiempat, lingkaran, dan sebagainya.
2.   Simbol Garis
Digunakan untuk menyajikan data-data geografis misalnya sungai, batas wilayah, jalan dan sebagainya.

Dasar Teori
Definisi pata (menurut ICA) :A map is a represeniation, normally to scale and on a fiat medium, of a selection of material or abstrac jeatures on, or in relation to the earth’s surface or of a colestial body (The Multilingual Dictionary of Technical Term in Cartography, ICA. 1973).
Terjemahan bebas :
“Peta adalah suatu represtasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih di permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan”. Dengan demikian skala peta adalah perbandingan antar jarak di peta, globe, model relatif atau penampang melintang dengan jarak sesungguknya di permukaan bumi.
               skala =
skala peta dibedakan lagi menjadi :
1.   Skala angka/skala pecahan
Skala yang dinyatakan dngan angka dan pecahan
Contoh :
-     Skala angka (numerical scale) – 1 : 50.000
-     Skala pecahan (representative) fraction = RF – 1/50.000
Hal ini menunjukkan bahwa satu satuan jarak pada peta mewakili 50.000
Satuan jarak horizontal di permukaan bumi.
Jadi berarti:
-     1 cm dip eta mewakili 50.000 cm di lapangan (500m) atau ½ km
-     1 inci mewakili 50.000 inci atau 50.000/63.360 mile

2.   Skala yang dinyatakan dengan kalimat
Pada peta-peta yang menggunakan satuan pengukuran metric (misalnya peta-peta di Inggris), skala  yang dinyatakan denga kalimat sering dilakukan.
Contoh:
“1 inch to one mile”------- 1 : 63.360
“1 inch to two mile”------- 1 : 126.720
Tetapi cara ini, biasanya sebagai tambahan di samping cara-cara yang lain.

3.   Skala grafis (graphical scale line)
Dari skala angka 1 : 50.000, menjadi skala grafis sebagai berikut :

1 km            0 km             1 km           2 km                3km          4 km


1 km          0 km             1 km             2 km           3 km         4 km


1 : 63.360
Untuk menentukan panjang dari skala grafis, dapat digunakan rumus sederhana sebagai berikut :
S =
Dimana :
S      = Skala, sebagai suatu pecahan
            Missal 1 : 25.000
MD  = Jarak pada peta
GD   = Jarak di lapangan

Contoh:
Pada peta skala 1 : 25.000, tentukan panjang skala grafis yang mencerminkan jarak 5 km di lapangan.
Diketahui:
Skala = 1 : 25.000
GD    = 4 km
Ditanyakan: jarak pada peta?
Jawab:
S      =
MD  = S X GD
MD  =
MD = 16 CM




Pada peta-peta yang tidak menggunakan satuan pengukuran metrik (misalnya peta-peta di Inggris), skala yang dinyatakan dengan kalimat sring dilakukan.
Memperbesar dan memperkecil peta (mengubah skala peta)
1.   Dengan system grid bujur sangkar (gird square), cara ini dikenal dengan metode Union Jack.
2.   Dengan alat Pantograph
3.   Dengan alat Map-O-Graph
4.   Proses Photograph

Cara memperbesar dan memperkecil peta pada dengan proses fotografi ini cukup mahal biayanya, karena harus menggunakan film negative dan film positif.

DASAR TEORI
            Untuk memindahkan bidang lengkung kebidang datar tidak mungkin dilakukan tanpa kesalahan.Berdasarkan  hal ini maka dicari cara-cara yntuk memindahkan bidang lengkung tersebut kebidang datar dengan kesalahan yang sekecil-kecil nya.cara-cara inilah yang disebut dengan proyeki peta.
            Menurut Erwn Raisz,proyesi peta adalah sitem paralel  dan meridian untuk menggambarkan peta.sedangkan menurut steers,proyeksi peta adalah cara menggambar kan garis-garis paralel dan meridian dari globe ke kertas datar.Walaupun sangat sukar untuk membuat peta yang tepat dari bagian bola dunia,tetapi bukan berarti sukar untuk menentukan kualitas dari proyeksi yang digunakan.Kualitas dari proyeksi tergantung dari:
            -Luas daerahnya
            -Bentuk daerahnya
            -Skala yang digunakan
             -Hubungan satu dengan yang lain
            -Mudahnya  menggambarkan
Proyeksi peta dapat digolong-golongkan menjadi beberapa dasar yaitu;
1.      Berdasarkan garis karakteristik ,dibedakan adanya 3 macam proyeksi yaitu ;
a)      Proyeksi normal,dimana garis kaeakterisik berimpit dengan sumbu bumi
b)      Proyeksi trasversal,garis karaktristik tegak lurus pada sumbu bumi.
c)      Proyeksi oblique,(miring),garis karakterstik membentuk sudut lancip dengan sumbu bumi

2.      Bedasarkan kesalahannya
Dengan mengabaikan  unsur-unsur lainnya,kita dapat mempertahankan kebenaran dari salah satu segi,dalam hal ini dibedakan:
a)      Proyeksi equivalent,luasnya tetap benar,artinya luas bagian-bagian dari peta itu sama dengan luas. Bagian-bagian tersebut pada globe dengan skala yang sama.
b)      Proyeksi equidistant,proyeksi yang jarak nya tetap,artinya pada jarak dengan arah tertentu pada peta,sama dengan jarak itu pada globe dengan skala yang sama
c)      Proyeksi conform,proyeksi yang benyuknya tetap,artinya bentuk pada peta sama dengan bentuknya diglobe dengan skala yang sama.Tetapi harus diingat  bahwa bentuk yang tetap ini hanya mungkin untuk lua yang terbatas saja.syarat-syarat nya ialah:
-          Paralel  dan meridian saling tegak lurus
-          Skala ke segala arah pada setiap titik harus sama,tetapi skala dari titik yang satu dengan ke titik yang lai boleh berbeda
-          Perbandingan unsure paralel  dan meridian tetap

3.      Berdasarkan konstruksinya,
a)      Proyeksi perspektif,proyeksi yang konstruksinya memang bersifat mathemattis,jadi sama dengan proyeksi dalam artian umumnya.
b)      Proyeksi non perspektif,adalah proyeksi yang tidak bersifat perspektif tetapi merupakan modifikasi dari proyeksi modifikasi dari proyeksi perspektif.ini biasanya dibuat untuk praktisnya saja

4.                  Berdasarkan bidang proyeksi
a)      Proyeksi zenithal atau azimuthal.
Bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub,equator atau diseberang tempat
b)      Proyeksi silinder
Pada proyeksi ini semua paralel merupakan garis lurus horizontal dan semua meridien berupa garis lurus vertical.karena itu semua proyeksi-proyeksi dengan paralel,horizontal, dan meridien veryikal sering digolongkan dakam proyeksi silinder ini.
c)      Proyeksi kerucut
Didapat dengan mamproyeksikan globe pada kerucut yang meninggung atau memotong globe,kemudian dibuka.Menbentangkan proyeksi ini di tentukan oleh sudut puncak nya.
Tiap proyeksi krucut yang normal mempunyai paralel yang melingkar dan meridian berupa garis lurus yang radian.terutama baik untuk daerah-daerah yang terletak dilintang tengahan.
Memilih proyeksi
            Yang kita persoalkan dalam proyeksi ini adalah  menggambarkan permukaan bumi dengan suatu cara yang mempunyai kesalahan yang sekecil-kecilnya.Sepertinya telah diterangkan didepan,kesalahan dari tiap proyeksi itu pasti ada.kesalahan ini dapat berupa kesalahan bentuk,luas maupun jarak.
Ada juga proyeksi yang dapat mempertahankan kebenaran salah satu segi,meskipun dengan akibat kesalahan pada segi lain diperbesar.Oleh karena itu kita dapat memiih salah satu proyeksi yang kita anggap sesuai dengan tujuan

Untuk itu perlu diperhatikan dalam memilih proyeksi peta yaitu mengenai:
1.                  Maksud pemetaan
2.                  Besar atau luas nya daerah
3.                  Bentuk daerah
4.                  Letak daerah
5.                  Mudah menggambarnya
Untuk menggambarkan peta diagram yang sederhana lebih baik digunakan proyeksi peta dengan paralel dan meridian yang lurus(horizontal dan vertical),karena:
-          Lettering tidak membengkok
-          Paralel dan meridian dapat dihapuskan,hanya dipinggirnya saja diberi angka pembagian derajat
Untuk peta yang menunjukan hubungan antara jumlah dan penyebaran sesuatu dengan luas daerah,lebi baik kita gunakan proyeksi quill arca.misalnya saja peta rapat penduduk,hasil bumi,peta iklim dan sebagainya
Besar atau luas suatu daerah juga mempengaruhi pemilihan proyeksi peta ini.Untuk daerah yang sempit,banyak proyeksi yang dapat digunakan,karenapenggambarannya yang tak akan banyak kesalahan ,untuk peta yang berskala dunia biasanya digunakan proyeksi konvensiona.
Bentuk daerah yang membujur misalnya(arah timur barat sebaiknya digunakan proyeksi yang kesalahan nya terutama kearah utara selatan.Misal nya proyeksi silinder,kerucut.Untuk daerah yang membujur dengan arah utara selatan maka digunakan proyeksi pata denagn kesalahan terutama kearah timur dan barat.Misalnya proyeksi sinusoidal
Letak daerah yang dipetakkan juga menjadi salah satu pertimbangan untk memilih  proyeksi peta yang digunakan .pada garis besarnya dapat dikatakan bahwa:
-          Proyeksi silinder sesuai untuk daerah equator
-          Proyeksi kerucut sesuai untuk daerah lintang tengah
-          Proyeksi azimunthal untuk daerah kutub.Tapi karena berpusat,maka sering digunakan


DASAR TEORI
            Relief adalah bertentangan fisikal, konfigurasi nyata dari permukaan bumi atau dalam arti dalam arti bebas perbedaan perbedaan dari ketinggian dan kemiringan permukaan bumi.(Dictionary of geography).
Untuk menggambarkan bentuk tiga dimensional ini ada beberapa macam.dalam praktikum ini yang dipakai adalah dengan metode garis kontur. Ada dua cara yang diperfungsikan yaitu ”hill shading” dan “layer shading” yaitu dengan ian dan dua warna. Untuk itu perlu dipahami dulu mengenai garis kontur baik cara pembuatan atau ketentuan ketentuan yang lain.
            Garis kontur adalah garis garis yang menghubungkan titk titik yang mempunyai ketinggian yang sama, diatas ataupun di bawah bidan referensi(datum plane). Ada pun beberapa sifat garis kontur yang perlu diketahui adalah :
1.      Garis kontur yang rapat lerengnya curam atau terjal
2.      Garis kontur selalu bersifat horizontal
3.      Garis kontur selalu berkelok mengikuti bentuk lerengnya,
4.      Garis kontur selalu tegak lurus dengan aliran/ alur sungai
5.      Garis kontur selalu tertutup
            Untuk membaca ketinggian pada garis kontur tertentu terdapat angka  indeks kontur, yaitu yang menunjukan beberapa ketinggian garis nkontur tersebut, juga dengan indeks ini dapat diketahui leh beberpa kontur intervalnya(ci). Contur intrval atau interval kontur adalah jarak vertikal antara  tiap tiap garis kontur, yang esarnya dibuat tetap pada sebuah peta:
Penentuan interval kontur pada:
1.      Tujuan pemetaan
 Bila ingin mengetahui relief secara teliti, dibuat kontur yang kecil
2.      Skala peta
Skala kecil maka ci besar
Skala besar,maka ci kecil
Rumus umum yang sering digunakan adalah ½ adalah sebagai berikut
a.       Ci= 1/2000 x penyeut skala (m)
b.      Skala imperial = ci =(25 x mile/ inchi)feet
3.      Konfigurasi relief=
Relief aksar / bergunung gunung sebaiknya ci besar.
Relief dasar ci kecil supaya leih tampak jelas bedanya
4.      Pengukuran tinggi tempat
Untuk mendapatkan relief yang baik , diperlukan kontur rapat sehingga ada
Penggambaran garis kontur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (bil diketahui titik ketinggianya)
ü      Interpolasi liner
ü      Interpolasi grafis
 Berdasarkan garis kontur tersebut, konfigurasi relief lebih mudah dibaca  bila dibandingkan metode lainya, namun demikian kadang kadang  penggambaran relief dengan garis kontur saja kesan tiga dimensinya sulit digambarkan,sehingga timbul cara yaitu hill shading dan layer shading (hypsometric shading)

1. Hill shading
            Adalah pemberian warna atau bayangan pada suatu gambar relief untuk menciptakan suatu bentuk tiga dimensional pada metode garis kontur. Prinsip yang dipakai adalah dengan menggunakan prinsip penyinaran. Biasanya penyinaran / arah sinar datang dari arah barat laut, sehingga bayangan terjadi di sebelah tenggara
2.Layer shading
            Walaupun garis kontur memberikan informasi mengenai ketinggian  dan kemiringan, namun metode ini tidak membantu dalam membaca ketinggian dan kemiringan, namun metode ini dapat membantu saat membaca peta tentang kesan yang menyeluruh (kesan relief pada suatu peta). Untuk mengatasi masalah masalah ini pada zona zona ketinggian tertentu  diberi warna dan dan hal ini akan memberikan kesan menyeluruh sehingga relief secara keseluruhan di ketahui dengan jelas.
            Penggunaan skala warna pada metode ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesan ketinggian  dari rendah ke lebih tinggi misalnay :
ü    Daerah  / zona ketinggian 100 – 200 m; biru
ü    Daerah / zona ketinggian 200 – 300 m; hijau
Warna yang paling banyak digunakan untuk mencermikan relief adalah adalah dari warna hijau tua( dark green) untuk daerah yang lebih rendah, sampai ke warna hijau muda,kuning dan coklat untuk daerah yang lebih tinggi.
Contoh ( yang sering digunakan )
Ø      2000 – 4000 :merah coklat (brown – red)
Ø      2000 – 4000 :coklat merah ( red – brown )
Ø      1000 – 2000 :coklat (brown)
Ø      500 – 1000 : coklat muda (light brown)
Ø      200 – 500 :kuning (yellow)
Ø      100 – 200 :hijau kuning (yellow-green)
Ø      100  (hijau biru)
DASAR TEORI
            Untuk mengukur luas genangan suatu permukaan lain yang tidak teratur bentuknya dapat dengan menggunakan beberapa metode. Metode itu masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri. Dari pengukuran luas itu dapat ditentukan pula volume dari genangan tersebut. Syarat yang diperlukan dari perhitungan luas dan volume ini adalah garis-garis kontur yang terdapat pada peta daerah tersebut.
A . SQUARE METHOD
            Ini adalah cara yang paling sering digunakan apabila peralatan yang diperlukan kurang memadai. Selain itu cara ini mudah untuk dilakukan. Peralatan yang diperlukan hanyalah alat tulis seperti penggaris dan pensil. Pekerjaan untuk square method atau metode grid ini adalah dengan membuat grid atau kotak-kotak dengan sisi yang mempunyai panjang tertentu pada gambar daerah yang akan dihitung luasnya.
            Hasil yang diperoleh memang tingkat ketelitiannya tidak tinggi tetapi sangat tergantung dari panjang sisi atau luas kotak yang digunakan. Semakin besar kotak yang dibuat, maka akan semakin kecil tingkat ketelitiannya akan lebih tinggi.
B . STRIPPED METHOD
            Cara ini dilakukan juga tidak tersedia cukup peralatan, khususnya peralatan untuk mengukur luas. Metode ini adalah dengan menggunakan garis-garis sejajar yang dibuat sedemikian rupa sehingga seluruh daerah yang akan diukur luasnya terbagi menjadi beberapa bagian oleh garis-garis ini. Dengan mengukur masing-masing daerah yang dibatasi oleh garis-garis tersebut kemudian menjumlahkannya menjadi di luas total, maka luas daerah tersebut dapat dijumlahkan menjadi luas total, maka luas daerah tersebut dapat dihitung denagn mengalikan luas total tersebut dengan penyebut skala.
C . TRIANGEL METHOD
            Metode ini pada prinsipnya menggunakan luas segitiga, yang dibuat sedemikian hingga seluruh daerah terbagi menjadi beberapa buah segitiga. Untuk lebih memudahkan perhitungan dapat ditarik garis tegak lurus dengan salah satu sisi segitiga yang berfungsi sebagai alasnya. Sehingga luas segitiga dapat dihitung dengan menggunakan rumus segitiga biasa:  ½ alas x tinggi
D. METODE PLANIMETER
            Metode ini dengan menggunakan alat planimeter. Dengan alat ini maka pekerjaan dapat menjadi lebih cepat dan ketelitian yang dihasilkan cukup tinggi. Pemasangan alat yang benar sangat mempengaruhi tingkat ketelitian yang diperoleh.
            Dari hasil pengukuran luas tersebut dapat dihitung volume suatu genangan, yaitu dengan mengukur luas daerah ruang dibatasi oleh tiap-tiap kontur pada genangan tersebut. Jadi pada prinsipnya kita ukur lebih dulu luas tiap-tiap daerah yang dibatasi tiap kontur, lalu dengan suatu formula dapat kita tentukan volumenya.
Formulanya yang digunakan adalah:
volume:
Ci adalah contur interval
 DASAR TEORI
            Lay out atau tata letak  adalah menyusun atau mengatur informasi (marginal information) peta supaya posisi masing- masing elemen secara bersama- sama nampak harminis. Informasi tepi peta meliputi : judul, skala peta, orientasi, legenda, sumber, graticule ( lintang- bujur), penyusun peta, bingkai, nomor seri peta dan insert.
            Semua informasi yang akan di masukan ke dalam peta perlu di pertimbangkan terlebih dahulu bagian kosong dari lembar peta. Sehingga akan di dapatkan hasil peta yang lebih menarik dan seimbang. Komposisi peta tergantung pada ruangan yang ada pada peta dan juga seni dari si pembuat peta.

Hal- hal yang perlu di perhatikan dalam layout peta :
1.      Judul peta
            Menunjukan daerah yang di gambarkan dalam waktu tertentu atau di sebut pula jenis petanya. Misal : peta migrasi penduduk jawa tahun 1984. Judul dapat di letakan di sebelah kanan atas, kiri atau tengah atas dari peta, tergantung pada komposisi peta.
            Tulisan judul lebih menyolok daripada nama daerah penelitiannya, sehingga pembaca peta dapat dengan mudah dan jelas mengerti judul peta tersebut. Ukuran huruf antara tema, daerah penelitian dan skala tidak sama, dan ukuran huruf di sesuaikan dengan ukuran peta.
            Di bawah judul biasanya disertakan skala peta baik skala numeric maupun skala grafis. Tulisan skala lebih kecil dari teman dan daerah penelitaian.
2.      Orientasi
            Biasanya diletakan di tyempat yang kosong dan dibuat kira-kira tegak lurus ke atas tepat dibawah judul. Sebenarnya posisi orientasi ini tidak harus di bawah  judul, tetapi tergantung dari posisi peta dan ruang yang memungkinkan sehingga memungkinkan sehingga memberikan kesan yang menarik dan harminis. Bila telah ada grid-gridnya, maka panah utara tidak perlu.

3.      Legenda
            Legenda ini merupakan kunci peta, sehingga harus mengandung keterangan simbol- simbol yang di pergunakan baik simbol titik, garis maupun area. Disamping itu arti singkatan di dalam peta harus di cantumkan pula. Legenda di letakan di dalam garis tepi peta bagian kiri atau kanan bawah.

4.      Graticule (letak lintang – bujur)
            Angka ditulis dengan garis tepi, antara garis tepi luar dan dalam, Tanda- tanda kordinat graticule ditambahkan dengan garis- garis memotong peta insert.

5.      Pencatatan sumber
            Biasnya diletakan di dalam bingkai di bagian kanan bawah dengan menyebutkan nama sumber.

6.      Garis tepi
            Peta dibatasi dengan kerangka yang garis-garis tidak terlalu tipis. Bentuk empat persegi panjang yang terdiri dari dua buah garis yang sejajar lebih kurang ¼ inchi.

7.      Penyusunan / pengamabr peta
            Untuk menunjukan siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan peta harus di tulis nama penyusun / penggambar peta berikut: tahun pembuatannya. Ditulis di sebelah di luar bingkai peta.

8.      Nomor seri
            Ditulis di bagian atas diluar bingkai peta.
9.      Inset
            Apabila diperluakan dapat dibuat inset, peta yang letaknya tersendiri). Diletakan di bagian bawah kanan di sebelah kanan dari legenda. Inset ini dapat menunjukan:
ü  Suatu bagian peta pokok yang di anggap penting, di perbesar skalanya
ü  Lokasi daerah yang dipetakan terhadap daerah lain dalam peta pokok, dapat digambarkan suatu inset yang bersekala kecil.
ü  Bagian lain dari peta pokok karena kauangannya kurang atau menghemat ruangan, maka dipindahkan kedalam bagian tersendiri yaitu pada inset dengan skala yang sama.

1.      Lettering
            Lettering bukan merupakan unsur yang dipetakan, melainkan sebagai tambahan untuk memberikan identitas obyek yang dipetakan. Pada pekerjaan lettering suatu peta di perlukan pertimbangan- pertimbangan yang cermat dari seorang kartografer, karena hasilnya akan mempengaruhi kenampakan suatu peta. Kesalahan karena lettering dapat menyebabkan peta tidak enak dipandang, sulit dibaca/ dimengerti dan nampak padat dengan huruf-huruf .
            Untuk menghindari masalah telah dibuat aturan- aturan penempatan besrta tipe huruf yang digunakan dalam mewakili suatu kenampakan.
Faktor- faktor yang dapat diperhatikan dalam pekerjaan lettering suatu peta adalah;
1.      Corak/Macam dari huruf
2.      Bentuk huruf
3.      Ukuran huruf
4.      Kontras antara huruf dengan latar belakang
5.      Metode lettering
6.      Penempatan nama
7.      Hubungan antara lettering denagn reproduksinya.

Tipe huruf yang sering digunakan dalam pembuatan peta antara lain adalah sebagai berikut:
1.      Roman, yaitu tegak, tebal tipis, bersirip, biasanya digunakan untuk made featur
2.      Italic, yaitu miring, tebal tipis, bersirip, biasanya untuk hidrograpic (tumbuh air) 
3.      Gothic, yaitu tegak, sama tebal, tanpa sirip, biasanya untuk kenampakan relief(lembah gunung)
4.      Gothic italic, yaitu miring, sama tebal, tanpasirip biasa digunakan untuk jaringan perhubungan atau komunikasi(telepon dan sebagainya).

2.      Penempatan nama
            Penempatan nama sering merupakan pekerjaan yang sukar teutama untuk peta yang padat dengan nama- nama. Maksud dari aturan- aturan penempatan nama ialah agar mudah dibaca dan tidak membingungkan bagi si pemakai peta, nama- nama yang diwakilinya.
Aturan penempatan nama:
a.       Nama- nama dalam suatu lembar peta harus teratur susunannya. Harus sejajar dengan tepi bawah peta (untuk peta bersekala besar) atau sejajar dengan garis paralel/grid (untuk peta skala kecil). Apabila hal diatas tidak dapat dipenuhi, maka nama- nama harus ditulis atau ditempatkan dari bawah ke atas untuk nama- nama di bagian kiri peta dari atas ke bawah. Untuk nama- nama di kanan peta. Hal ini berlaku juga bagi nama- nama yang sejajar dengan meridian.
b.      Nama- nama dapat memberi keterangan dari unsur- unsur berbentuk titik, garis dan luasan/ area.
·         Nama untuk unsur titik (misalnya kota, gunung, dan sebagainya) sebaiknya di letakan bagian samping kanan agak ke atas dari unsur tersebut.
·         Nama untuk unsur yang terbentuk memanjang (misalnya sungai, pantai, batas, dan sebagainya) sebaiknya di letakan sejajar unsur tersebut. Apabila cukup lebar nama diletakan di dalam (misalnya sungai yang lebar). Untuk sungai yang berupa garis sebaiknya ditempatkan sedikit di atas obyeknya (misalnya 0,5mm). Nama- nama unsur yang memanjang sebaiknya diulang dengan jarak tertentu.
·         Nama unsur luasan/area (misal negara, pegunungan, dan sebagainya). Sebaiknya ditempatkan memanjang sehingga menempati ⅔ dari panjang daerah. Penempatan dari huruf- huruf sedapat mungkin menunjukan karakteristik dari bentuk daerah itu.
c.       Nama- nama harus terletak bebas satu sama lain. Dan sedapat mungkin tidak tergangguoleh simbol- simbol lainya. Nama-nama tidak bolehsaling berpotongan, kecuali ada nama yang letak huruf- hurufnya melengkung, lengkungannnya harus teratur dan tidak boleh terlalu tajam lengkungannya.
d.       Dalam hal ini banyak nama yang trpusat di suatu daerah, harus di atur sedemikian rupa sehingga terlihat distribusi nama- nama di tempat itu tidak terlalu padat dibanding dengan daerah lain di peta. Tetapi harus di jaga jangan sampai ada keraguan unsur- unsur mana yang di wakili oleh nama- nama tersebut.
e.       Angka ketinggian dari garis kontur di tempatkan di celah- celah tiap kontur dan penempatanya harus sedemikian rupa sehingga tiap angka ada arah mendaki lereng. Penyimpangan dari aturan ini boleh dilakukan apabila terjadi angka-angka menjadi terbalik dari arah pembaca peta, sehingga sulit untuk dibaca.
f.       Pemilihan (jenis) huruf tergantung sepenuhnya pada perencana (kartografer) sendiri. Akan tetapi jenis- jenis huruf haruslah fit pada keseluruhan isi peta. Ada beberapa aturan mengenai pemakaian jenis huruf ini. Misalnya huruf tegak lurus untuk nama- nama unsur buatan manusia (kota, jalan, dan lain- lain) serta huruf miring untuk nama-nama unsur alam (sungai, danau, dan lain-lain). Tetapi pada dasarnya tidak ada aturan yang pasti tentang hal ini. Dan tetap pemilihan jenis huruf diserahkan sepenuhnya pada kartografer.
DASAR TEORI
Membaca peta dapat dartikan sebagai usaha mempelajari/mengetahui kenampakan-kenampakan dpermukaan bumi dengan melalui peta.terutama melalui simbol-simbol dan juga legenda yang ada pada peta menafsir peta merupakan usaha lebih lanjut dari membaca peta yaitu berdasarkan kemampuan yang dibaca pada peta.untuk dapat membaca dan menafsir peta dengan baik maka yang harus dimiliki adalah
1.      Keampuan membayangkan (imagination)
2.      Ketajaman menganalisis (a keen sence of analisis),dapat menganalisis Setiap kenampakan yang ada pada peta baik secara sendiri-sendiri maupun keseluruhan
3.      Latihan yang teratur (regular training) kecuali latihan dalam ruang (laboratorium) juga harus berani keluar (lapangan)untuk mengecek kebenaran pembaca/interpretasi
4.      Pengetahuan secara umum kerena peta memuat berabagai kemampuan dan pembacaan peta harus sesuai dengan maksud tertentu,maka harus sering memperlihatkan berbagai ilmu terutama dalam kaitannya dengan peta dan pengetahuan umum.
Kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul dalam membaca dan menafsir peta adalah
a)      Kurang mengenal proyeksi peta.
b)      Pembaca peta berbuat adalah dalam pembaca peta
c)      Kurangnya pengertian mengenai persoalan dan salah menggunaan metode pembacaan.
d)     Peta yang di baca kurang dapat dpercayai atau peta tersebut tidak sesuai lagi.
e)      Jarak yang mendatar yang dikira jarak sebenarnya.
Sebelum membaca suatu peta kita harus memperhatikan faktor-faktor yang terdapat pada suatu peta:
1.      Judul peta
2.      Type peta
3.      Indeks peta
4.      Sumber peta
5.      Tahun pembuatan peta
6.      Proyeksi peta
7.      Skala peta
8.      Oreintasi
9.      Administrative peta
10.  legenda
didalam  pembuatan peta perlu disertakan simbol-simbol agar peta dapat dibaca.simbol adalah alat yang berfungsi untuk menggambarkan keadaan medan dan letaknya dalam peta.simbol yang baik adalah simbol yang dkenal dengan mudah dan juga mudah dibaca.


Menurut artinya simbol dapat dibedakan menjadi
1.      simbol kualitatif
menyatakan identifikasi atau menlukiskan keadaan asli dari unsur.
2.      Simbol kualitatif
Menyatakan identitas asli dari daerah yang dwakili