Rabu, 19 Desember 2012

Riset Geografi Masih

Pendidikan dan Riset Geografi Masih Terkendala

Perkembangan pendidikan dan riset geografi di tingkat nasional dan dunia masih banyak mengalami kendala.

Geografi di tingkat dunia bergeser dan berintegrasi dengan berbagai bidang ilmu seperti spasial sains, geosains, regional planning, dan lingkungan. Sedangkan geografi di Indonesia masih bertahan pada eksistensi geografi yang holistik mengkaji aspek fisik, manusia, wilayah, dan lingkungan serta sistem informasi.

“Kondisi pendidikan dan riset geografi di Indonesia pun seperti ini. Diperlukan penataan kembali,” papar Ketua Umum Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Prof. Dr. Suratman Worosuprojo, pada Seminar Arah Pendidikan dan Riset Geografi di Indonesia, Sabtu (16/10/20).

Dalam seminar yang dihelat di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), Suratman yang juga Dekan Fakultas Geografi UGM tersebut menambahkan, beberapa kendala yang masih dijumpai antara lain inkonsistensi materi ajar geografi dari tingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Selain itu, tenaga pengajar yang tidak memiliki ijazah geografi, kurangnya jumlah jam mengajar di SMA, serta tidak ada pengajaran geografi jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA).

“Sementara, di perguruan tinggi geografi masih masuk di kelompok IPA dan IPS,” urainya.

Pendidikan dan riset geografi di Indonesia terus mengarah pada kompetensi yang meyakinkan dapat menyelesaikan masalah nasional dan global. Sudah sejak lama geografi dipelajari baik pada era deskriptif kualitatif, deskriptif kuantitatif, hingga saat ini mengarah ke era kuantitatif matematis eksperimental.

“Mengingat pentingnya ilmu ini maka para geograf perlu memberikan cara mengembangkan spasial intelegensia yang sangat diperlukan bagi generasi penerus. Apalagi perkembangan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi (sig) yang pesat dan mudah,” kata Suratman.

Di tempat yang sama, Sekretaris I IGI Prof. Dr. Hartono, DEA., DESS. mengungkapkan, di samping kendala tersebut, perkembangan penelitian geografi sebenarnya semakin menggembirakan. Hal ini terlihat dari representasi model-model spasial, ekologis dan wilayah dengan dukungan data multivariate geografis yang makin nyata.

“Penelitian geografi dicirikan dengan bidang, tahap pembangunan dan orientasi sektoral yang berkembang dalam kegiatan masing-masing institusi,” ujar Hartono yang juga Direktur Sekolah Pascasarjana UGM ini.

Sementara, Sekjen Asosiasi Guru Geografi Indonesia Tony Prasetyarto menuturkan, kurikulum geografi di SMA merupakan bagian yang integral dari kurikulum yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan. Artinya, seorang guru geografi harus melaksanakan pengajaran berdasarkan kurikulum yang telah disepakati atau dipakai di SMA yang bersangkutan.

“Maka ketika seorang guru geografi di sekolah merumuskan silabusnya harus mengikuti standar yang telah ditetapkan pemerintah,” kata guru geografi SMA Negeri 34 Jakarta ini.

Tony menambahkan, tantangan yang biasa dijumpai oleh guru geografi di antaranya berkaitan dengan ijazah yang harus dimiliki yaitu sarjana (S1) berlatar belakang geografi dan akta IV. Selain itu, guru geografi juga berkewajiban menjelaskan kepada siswa mengenai fenomena geosfer terutama yang ada di sekitar mereka. Guru juga perlu menyiapkan para siswa dalam olimpiade kebumian yang beberapa materinya beririsan dengan materi geografi.

Dalam forum seminar ini juga disampaikan adanya revisi kurikulum geografi dalam lima aspek yang dipelajari dari tingkat dasar hingga SMA. Kelima aspek itu meliputi gejala alam dan sosial, sumber daya dan pengembangan wilayah, pelestarian lingkungan hidup, mitigasi bencana, dan SIG.
SUMBER : OKEZONE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar