Geografi, Geografi Lingkungan, dan Proses Hidrologis | A. GEOGRAFI LINGKUNGAN DALAM RUANG LINGKUP GEOGRAFI1. Pengertian Geografi dan Geografi Lingkungan Sebelum mendefinisikan geografi lingkungan (environmental geography), sangat berguna untuk memandang terlebih dulu konsep geografi secara umum. Salah satu kesalahan konsep yang umum terjadi adalah memandang geografi sebagai studi yang sederhana tentang nama-nama suatu tempat. Implikasi dari pemahaman seperti itu menyebakan terjadinya reduksi terhadap hakekat geografi. Geografi menjadi pengetahuan untuk menghafalkan tempat-tempat dimuka bumi, sehingga bidang ini menjadi kurang bermakna untuk kehidupan. Geografi sering juga dipandanng identik dengan kartografi atau membuat peta. Dalam prakteknya sering terjadi para geograf sangat trampil dalam membaca dan memahami peta, tetapi tidak tepat jika kegiatan membuat peta sebagai profesinya. Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani). Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya. Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati. Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu. Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan. James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya. | | Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini. - Where is it?
- Why is it there?
- So what?
Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi. | Preston James mencoba untuk memecahkan pertanyaan apakah geografi dengan memberikan batasan geografi menjadi empat tradisi utama, yaitu: - The spatial tradition
Geographers have long been concerned with mapping and the spatial arrangement of things. Some geographers were developing statistical methods to improve both the description and analysis of such spatial patterns (James). Because this trend was not without its critics, the James article is often seen as a fence-mending effort within the discipline. - The area studies tradition
Geographers such as Reclus and Humboldt were famous for their exhaustive descriptions of places. Even today, many geographers develop an expertise in the study of one or two regions. Typically, geographers will learn the language or langauges spoken in the region being studied and they will develop an understanding of both the natural physical features and of the human activities and patterns. The goal is to become an expert on the region as it is and to study specific problems or questions about the region. - The man-land tradition
Beginning with George Perkins Marsh in the middle of the nineteenth century, geographers have sought to understand how the natural environment either determines or constrains human behavior and how humans, in turn, modify the physical world around them. Given the inherent sexism of this title, most geographers would now use the term “human-environment” to describe this tradition. - The Earth sciences tradition
Many geography programs in the United States emerged from geology departments, and the connection between the disciplines remains strong. Most geographers — even if they focus on human geography — receive some training in such physical geography areas landforms, climate, soils, and the distribution of plants. Keberadaan geografi lingkungan tak terlepas dari masalah lingkungan, khsususnya hubungan antara pertumbuhan penduduk, konsumsi sumberdaya, dan peningkatan intensitas masalah akibat ekploitasi sumberdaya yang berlebihan. Geografi lingkungan dapat memberikan kombinasi yang kuat perangkat konseptual untuk memahami masalah lingkungan yang kompleks. Geografi lingkungan cenderung pada geografi manusia atau intergrasi geografi manusia dan fisik dalam memahami perubahan lingkungan global. Geografi lingkungan menggunakan pendekatan holistik. Geografi lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Untuk memahami masalah-masalah lingkungan tidak mungkin tanpa pemahaman proses ekonomi, budaya, demografi yang mengarah pada konsumsi sumberdaya yang meningkat dan generasi yang merosot. Kebanyakan proses tersebut kompleks dan tranasional. Solusi potensial hanya dengan memahami fungsi siklus biokimia (sirkulasi air, karbon, nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang digunakan manusia untuk campur tangan pada siklus itu. Atas dasar perspektif tersebut, dapat disarkan bahwa geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan fenomena alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi. (Environmental geography is the scientific study ot the location and spatial variation in both physical and human phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan). 2. Obyek Geografi | | Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya.Obyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material) tersebut. Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dan kimia. Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach). | 3. Prinsip Geografi Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain. Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi. - Prinsip Penyebaran
Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut. - Prinsip Interelasi
Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah. - Prinsip Deskripsi
Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll. - Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk. 4. Konsep Esensial Geografi Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi. Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut. Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu: - bumi sebagai planet
- variasi cara hidup
- variasi wilayah alamiah
- makna wilayah bagi manusia
- pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu. Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu: - wilayah atau regional
- lapisan hidup atau biosfer
- manusia sebagai faktor ekologi dominan
- globalisme atau bumi sebagai planet
- interaksi keruangan
- hubungan areal
- persamaan areal
- perbedaan areal
- keunikan areal
- persebaran areal
- lokasi relatif
- keunggulan komparatif
- perubahan yang terus menerus
- sumberdaya dibatasi secara budaya
- bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta
Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap sebab akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan masalah sehari-hari. Selanjutnya dari kenyataan itu dikembangkan menjadi satu abstraksi, disusun model-model atau teori berkaitan dengan gejala, masalah dan fakta yang dihadapi. Jika ada satu masalah dapat dicoba disusun model alternatif pemecahannya. Sedangkan jika yang dihadapi suatu kenyaan kehidupan yang perlu ditingkatkan tarapnya, maka dapat disusun model dan pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep itu dapat disusun suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan berlaku secara umum yang disebut generalisasi. 5. Ruang Lingkup Geografi Studi geografi mencakup analisis gejala manusia dan gejala alam. Dalam studi itu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang. Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik. Berdasarkan uraian tersebut terlihat, bahwa ruang lingkup geografi tidak terlepas dari aspek alamiah dan aspek insaniah yang menjadi obyek studinya. Aspek itu diungkapkan dalam satu ruang berdasarkan prinsip-prinsip penyebarannya, relasinya, dan korologinya. Selanjutnya prinsip relasi diterapkan untuk menganalisis hubungan antara masyarakat manusia dengan lingkungan alamnya yang dapat mengungkapkan perbedaan arealnya, dan penyebaran dalam ruang. Akhirnya prinsip, penyebaran, dan korologi pada studi geografi dapat mengungkapkan karakteristik suatu wilayah yang berbeda dengan wilayah lainnya sehingga terungkap adanya region-region yang berbeda satu sama lain. Untuk mengunkanpan fenomena atau permasalahan yang terjadi digunakan pertanyaan-pertanyaan geografi. Untuk pertanyaan what? Geografi dapat menunjukkan fenomena apa yang terjadi? Untuk pertanyaan when, geografi dapat menunjukkan kapan peristiwa itu terjadi. Untuk pertanyaan where? Geografi dapat menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa. Untuk pertanyaan why? Geografi dapat menunjukkan relasi-interelasi-interaksi-integrasi gejala-gejala itu sebagai faktor yang tidak terlepas satu sama lain. Untuk pertanyaan how? Geografi dapat menunjukkan kualaitas dan kuantitas gejala dan interelasi/interaksi gejala-gejala tadi dalam ruang yang bersangkutan. 6. Hakekat Geografi Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia. Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia. Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya. Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi. 7. Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia, dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut. Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu: - Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
- Pitogeografi yang mempelajari tanaman
- Zoogeografi yang mempelajarai hewan
- Antropogeografi yang mempelajari manusia.
Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas: - Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
- Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi) geografi politik
- Geografi regional
Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut. - Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
- Geografi Manusia
- Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan, aktivitas manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman dan geografi sosial.
- Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
- Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya. Dalam analisisnya, faktor lingkungan alam ditinjau sebagai faktor pendukung dan penghambat struktur aktivitas ekonomi penduduk. Geografi ekonomi mencakup geografi pertanian, geografi industri, geografi perdagangan, geografi transportasi dan komunikasi.
- Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi. Dalam geografi politik, lingkungan geografi dijadikan sebagain dasar perkembangan dan hubungan kenegaraan. Bidang kajian geografi politik relatif luas, seperti aspek keruangan, aspek politik, aspek hubungan regional, dan internasional.
- Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
- Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi, interaksi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu.
Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya” jika tidak terjadi konsep keterpaduan. Dalam tataran sistematika tersebut, geografi lingkungan merupakan bagian dari geografi regional. Karena, dalam perspektif bidang ini memberi tekanan pada hubungan antara manusia dengan lingkungannya sehingga terlihat karakteristk lingkungan di wilayah tersebut. 8. Pendekatan-Pendekatan Geografi Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu: - obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
- pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu: - pendekatan keruangan,
- pendekatan kelingkungan, dan
- pendekatan kompleks wilayah
1 – 2 – 3 – 4 – 5 – selanjutnya | |
|
LITOSFER
A. Struktur Lapisan Kulit Bumi (litosfer)
Pertama tama perlu anda ketahui bahwa kata lithosfer berasal dari bahasa yunani yaitu lithos artinya batuan, dan sphera artinya lapisan lithosfer yaitu lapisan kerak bumi yang paling luar dan terdiri atas batuan dengan ketebalan rata-rata 1200 km.
Perlu anda pahami bahwa yang dimaksud batuan bukanlah benda yang keras saja berupa batu dalam kehidupan sehari hari, namun juga dalam bentuk tanah liat, abu gunung api, pasir, kerikil dan sebagainya. Tebal kulit bumi tidak merata, kulit bumi di bagian benua atau daratan lebih tebal dari di bawah samudra.
Bumi tersusun atas beberapa lapisan yaitu:a. Barisfer yaitu lapisan inti bumi yang merupakan bahan padat yang tersusun dari lapisan nife (niccolum=nikel dan ferum besi) jari jari barisfer +- 3.470 km.
B. Lapisan antara yaitu lapisan yang terdapat di atas nife tebal 1700 km.
Lapisan ini disebut juga asthenosfer mautle/mautel), merupakan bahan cair bersuhu tinggi dan berpijar. Berat jenisnya 5 gr/cm3.
C. Lithosfer
Yaitu lapisan paling luar yang terletak di atas lapisan antara dengan ketebalan 1200km berat jenis rata-rata 2,8 gram/cm3.
Lithosfer disebut juga kulit bumi terdiri dua bagian yaitu:
1. Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan AL 2 O3.
Pada lapisan sial (silisium dan alumunium) ini antara lain terdapat batuan sedimen, granit andesit jenis-jenis batuan metamor, dan batuan lain yang terdapat di daratan benua.
Lapisan sial dinamakan juga lapisan kerak bersifat padat dan batu bertebaran rata-rata 35km.
Kerak bumi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu:- Kerak benua : merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit di bagian atasnya dan batuan beku basalt di bagian bawahnya. Kerak ini yang merupakan benua.
- Kerak samudra : merupakan benda padat yang terdiri dari endapan di laut pada bagian atas, kemudian di bawahnya batuan batuan vulkanik dan yang paling bawah tersusun dari batuan beku gabro dan peridolit. Kerak ini menempati dasar samudra
2. Lapisan sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun oleh logam logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa Si O2 dan Mg O lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan batuan basalt. Lapisan merupakan bahan yang bersipat elastis dan mepunyai ketebalan rata rata 65 km .
Perhatikan gambar penampang bumi berikut ini:
Batuan pembentuk lithosfer
a. Batuan beku
b. Batuan sedimen
c. Batuan metamorf
Semua batuan pada mulanya dari magma
Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung berapi. Gunung berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang sudah mencapai permukaan bumi akan membeku. Magma yang membeku kemudian menjadi batuan beku. Batuan beku muka bumi selama beribu-ribu tahun lamanya dapat hancur terurai selama terkena panas, hujan, serta aktifitas tumbuhan dan hewan.
Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan yang diendapkan disebut batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan malihan atau batuan metamorf.
Untuk lebih memahami jenis-jenis batuan perhatikan uraian berikut:
a. Batuan Beku
Ada dua macam batuan beku, yaitu batuan beku dalam (contohnya batu granit ), dan batuan beku luar (contohnya batu andesit.)
Untuk Mengetahui ketepatan batuan jenis batuan harus dilakukan uji laboratorium dengan menggunakan mikroskop untuk melihat bentuk kristal batuanya.
b. Batuan sedimen
Ada beberapa macam batuan sedimen, yaitu batuan sedimen klastik, sedimen kimiawi dan sedimen organic. Sedimen klastik berupa campuran hancuran batuan beku, contohnya breksi, konglomerat dan batu pasir. Sedimen kimiawi berupa endapan dari suatu pelarutan, contohnya batu kapur dan batu giok. Sedimen organic berupa endapan sisa sisa hewan dan tumbuhan laut contohnya batu gamping dan koral.
c. Batuan Malihan (Batuan Metamorf)
Batuan malihan atau metamorf adalah batuan yang berubah bentuk. Contohnya kapur (kalsit) berubah menjadi marmer, atau batuan kuarsa menjadi kuarsit.
B A T U A N B E KU
Definisi
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma, baik di bawah permukaan bumi maupun di atas permukaan bumi.
Ciri khas batuan beku adalah kenampakan yang kristalin, yaitu kenampakan suatu massa dari unit‑unit kristal yang saling menguncig kecuali gelas, yang nonkristalin.
Komposisi.
Ada delapan mineral yang umum dijumpai sebagai penyusun batuan beku dan biasa disebut sebagai mineral batuan beku (igneous mineral). Mineral ‑ mineral tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok :
- Mineral‑mineral yang tersusun dari unsur silike dan alumina, berwarna cerah, dan biasanya disebut mineral asam (‑felsik), kecuali plagicklas Ca. Mineral tersebut adalah
- Kwarsa :jernih, putih susu seperti gelas, tanpa belahan.
- Muskovit :jernih sampai coklat pucat, tampak sebagai lembaran‑lembaran.
- Orthoklas :putih sampai merah daging belahan dua arah tegak lurus.
•d. Plagioklas : putih sampai abu‑abu (Na), abu‑abu gelap (Ca), terdapat striasi
pada bidang.belahan.
- Mineral‑mineral yang tersusun oleh unsur‑unsur besi, magnesium dan kalsium, berwarna gelap, dan biasa disebut mineral basa (mafik). Mineral‑mineral tersebut adalah
•a. Olivin : kuning kehijauan, kristal berbutir seperti gula pasir.
•b. Piroksin : hijau tual hitam suram, prismatik pendek, belahan dua arah
tegak lurus.
•c. Hornblende : hitam mengkilat, prismatik panjang, belahan dua arah
•d. Biotit : hitam, kecoklatan tampak sebagai lembaran.
Tekstur
Tekstur adalah kenampakan batuan yang berkaitan dengan ukuran, bentuk dan susunan butir mineral dalam batuan.
Tekstur batuan beku yang umum adalah :
- Fanerik granular: bila butiran mineral dapat, dilihat dengan mata telanjang dan berukuran seragam
- Afanitik : bila butiran‑butiran mineral sangat halus sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
- Porfiritik : dibedakan menjadi dua
- Faneraporfiritik, bila butiran‑butiran mineral yang besar (mineral sulung atau fenokris) dikelilingi oleh mineral‑mineral yang berukuran butir lebih kecil (masa dasar) yang dapat dikenal dengan mata telanjang.
- Porfiroafaniti, bila butiran‑butiran mineral sulung (fenokris) dikelilingi oleh masa dasar yang afanitik
- Gelasan (glassy) : bila batuan beku tersusun oleh mineral gelas.
- Fragmental : bila batuan beku tersusun oleh fragmen-fragmen batuan beku hasil letusan (erupsi) gunungapi.
Tekstur Fanerik Granulaer Tekstur Faneroporfiritik
Tekstur PorfiroAfanitik Tekstur Afanitik
Struktur
Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang berbeda.
Macam‑macam struktur :
- Masif, bila batuan pejal, tanpa retakan maupun lubang‑lubang gas.
- Jointing, bila batuan nampak mempunyal retakan-retakan, kenampakan ini akan sangat jelas apabila dilihat dilapangan.
- Vesikuler, bila batuan mempunyai lubang‑lubang gas. Bila lubang‑lubang sangat banyak maka disebut :
- Skorian (scoriaceous), bila lubang banyak dan tidak saling berhubungan, umumnya dijumpai,pada batuan beku basa.
- Pumisan bila lubang sangat banyak dan saling berhubungan umumnya dijumpai pada batuan beku asam.
- Aliran (flow), bila ada kesan orientasi sejajar, baik oleh kristal‑kristal maupun oleh lubang‑lubang gas.
- Amigdaloidal, bila lubang‑lubang.gas pada batuan beku terisi oleh mineral‑mineral sekunder (yang terbentuk setelah pembekuan magma).
Klasifkasi
Batuan baku dapat diklasifikasikan antara lain bardasarkan :
- Sifat‑sifat kimianya, dibedakan menjadi :
- Batuan beku asam, bila terutama tersusun oleh mineral‑mineral asam. biasanya berwarna cerah, putih sampai abu-abu cerah. Termasuk didalamnya kelompo,k Granit - Ryolit.
- Batuan beku sedang (intermediate), bila tersusun oleh mineral‑mineral antara asam dan basa biasanya berwarna agak gelap sampai kehitaman. Termasuk didalamnya adalah kelompok Diorit ‑ Andesit.
- Batuan beku basa, bila tersusun oleh mineral‑mineral basa, biasanya berwarna hitam sampai hitam kelam. Termasuk didalamnya kelompok Gabro ‑ Basalt.
- Batuan beku ultra basa, bila tersusun oleh mineral-mineral yang sangat basa, biasanya berwarna hijau sampai hijau kehitaman. Termasuk didalamnya adalah batuan-batuan ultra basa.
- Teksturnya, dibedakan menjadi batuan yang bertekstur :
•· Fanerik granular : kelompok Granit ‑ Gabro.
•· Porfiritik : granit porfiri andesit porfiri.
•· Afanitik : kelompok ryolit – basalt.
•· Gelasan : obsidian.
•· Fragmental : aglomerat, tuff.
3. Komposisi mineralnya, dibedakan menjadi :
•· Kelompok Granit Riolit, terutama tersusun oleh mineral‑mineral: kwarsa, orthoklas, plagioklas Na, kadang‑kadang ada hornblede, biotit, muskovit.
•· Kelompok Diorit - Andesit : terutama tersusun oleh plagioklas, hornblende, mineral‑mineral lainnya yang mungkin adalah kwarsa biotit, piroksen, orthoklas.
•· Kelompok Gabro ‑ Basalt : terutama tersusun oleh olivin plagioklas Ca, piroksen, mineral‑mineral yang mungkin adalah hornblende.
•· Kelompok Ultra Basa : terutama tersusun oleh olivine, mineral‑mineral lainnya yang mungkin adalah plagioklas dan piroksen.
Langkah-langkah penentuan nama batuan
Amati contoh batuan dengan teliti pada bagian yang segar, kemudian tentukan
1. Warnanya
2. Teksturnya
3. Komposisi mineralnya,
Setelah tiga hal tersebut ditentukan kemudian pakai tabel yang tersedia. Dengan menerapkan sistim koordinat tentukan nama batuan yang diamati.
Untuk batua yang bertekstur afantik, Ada pegangan untuk menentukan nama batuannya, sbb:
- Batuan bertekstur afanitik kadang‑kadang masih dijumpai fenokris:
- Bila fenokris kwarsa dan orthoklas, nama batuannya ryolit.
- Bila fenokrisnya kwarsa dan plagioklas, dasit
- Bila fenokrisnya plagioklas dan atau hornblende, nama batuannya andesit.
- Bila ada fenokris piroksin dan atau olivine, kadangkadang disertai plagioklas, nama batuannya basalt.
- Bila berkilat kaca dan pecahan konkoidal, obsidian.
Klasifikasi Batuan Beku
B A T U A N S E D I M E N
Definisi
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil rombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme, yang diendapkan pada cekungan sedimentasi yang kemudian mengalami pembatuan.
Komposisi
Dalam batuan sedimen dapat dijumpai fragmen batuan maupun mineral. Mineral‑mineral yang umum dijumpai dalam batuan sedimen antara lain kwarsa, feldspar, kalsit, dolomit, mika dan mineral lempung.
Tekstur
Berdasarkan kejadiannya batuan sedimen dibedakan menjadi sedimen klastik dan nonklastik. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari hasil litifikasi material‑material hasil rombakan batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan sedimen nonklastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari material‑material hasil aktifitas kimia (termasuk biokimia) dan biologis. Dari kedua macam mekanisme pembentukan batuan sediment tersebut dikenal tekstur klastik dan nonklastik.
1. Tekstur klastik
Yang perlu diperhatikan pada batuan sedimen yang bertekstur klastik adalah ukuran butir dan bentuk butir. Untuk ukuran butir dipakai klasifikasi ukuran butir dari Wenthworth pada Tabel 1.
Bentuk butir yang utama ada dua macam yaitu membulat dan meruncing. Bentuk butir akan mempengaruhi penamaan bila butiran penyusunnya lebih besar dari 2 mm.
Tabel 1. Skala ukuran butir menurut Wenthworth
Nama | Ukuran butir (mm) |
Boulder (bangkah) | lebih besar dari 256 |
Cobble (berangkal) | 64 - 256 |
Pebble (kerakal) | 4 - 64 |
Granule (kerikil) | 2 - 4 |
Sand (pasir) | 1/16 - 2 |
Silt (lanau) | 1/256 ‑ 1/16 |
Clay (lempung) | lebih kecil dari 1/256 |
2. Tekstur nonklastik
Semua batuan sedimen nonklastik mempunyai teksturnonklastik. Cir khas tekstur nonklastik adalah adanya kristal‑kristal saling menjari, tidak ada ruang antar butir dan umumnya monomineralik. Kristal‑kristal dalam batuan sedimen nonklastik dapat berbentuk serabut, lembaran atau butiran kristal. Butiran kristal dalam struktur nonklastik diklasifikasikan menjadi :
Nama Ukuran butir kristal (mm)
berbutir kasar lebih besar dari 5
berbutir sedang 1 ‑ 5
berbutir halus lebih kecil dari 1
Beberapa tekstur nonklastik yang penting adalah :
- Amorf : partikel‑partikel umumnya berukuran lempung atau berupa kolaid, nonkristalin misalnya rijang.
- Oolit : tersusun oleh kristal‑kristal yang berbentuk bulat elipsoid, terkumpul seperti telur ikan, ukuran butirnya 0,25 - 2,0 mm. misalnya batugamping oolit.
- Pisolitik : seperti oolitik, tetapi ukuran butirnya lebih besar dari 2 mm, misalnya batugamping pisolitik.
- Sakaroidal : partikel‑partikel berbutir halus, sama besar, misalnya batugamping sakaroidal.
- Kristalin : bila tersusun oleh kristal‑kristal yang besar.
Struktur
Struktur pada batuan sedimen lebih tergantung pada hubungan antara kelompok‑kelompok sedimen dari pada hubungan antar butir yang mengontrol dan menentukan tekstur. Struktur sediment lebih baik bila dipelajari di lapangan dari pada pada contoh genggaman.
Struktur sedimen dibedakan menjadi tiga macam :
- Struktur fisik : struktur yang terbentuk oleh, proses proses fisika, misalnya arus, golombang. beberapa macam struktur tersebut adalah :
- Berlapis, terlihat di lapangan sebagai susunan yang berlapis‑lapis. Bila ketebalan individu masing‑masing lapisan lebih dari 1 cm disebut berlapis, bila kurang disebut laminasi.
- Bergradasi, bila butiran‑butiran dalam tubuh batuan sedimen berubah secara gradual, samakin halus atau semakin kasar.
- Silang siur, yaitu satu seri perlapisan yang saling potong memotong dalam tubuh batuan sedimen.
- Masif, bila dalam tubuh batuan sedimen tidak terlihat. struktur sedimen.
- Struktur kimia : terbentuk oleh proses‑proses kimia. Macamnya antara lain :
- Konkresi, bila berbentuk bulat.
- Nodule, bila berbentuk tidak teratur.
- Struktur organik : terbentuk oleh aktifitas organisme.
Contohnya struktur reef pada batugamping.
a. berlapis b. bergradasi c. silang siur
Penamaan Batuan
Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir dan bentuk butir penyusun, selain itu juga. dengan komposisi atau struktur. Ukuran butir dalam sedimen klastik bias seragam bisa tidak. Pada yang tidak seragam dikenal :
- Fragmen, yaitu butirannya berukuran lebih besar dari pasir.
- Matriks, yaitu butiran‑butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terdapat di sela‑sela fragmen.
- Semen, yaitu material yang sangat halus (hanya dapat dilihat dengan mikroskop) yang berfungsi sebagai pengikat. Semen umumnya terdiri dari silika, kalsit, oksida. besi, dan lempung.
Penamaan batuan sedimen nonklastik lebih banyak ditentukan dari komposisi kimianya.
- Batuan sedimen klastik
Beberapa contoh penaman :
•a. Berdasarkan ukuran butir
•· batupasir, bila butiranya berukuran pasir
•· batupasir krikilan, butiran dominan berukuran pasir tetapi ada yang berukuran kerikil dan cukup banyak.
•b. Berdasarkan ukuran dan bentuk
•· konglomerat, bila bentuk fragmennya dominan bulat.
•· breksi, bila bentuk fragmennya dominan meruncing.
•c. Berdasarkan ukuran dan komposist
•· batupasir kwarsa, batupasir yang banyak mengandung kwarsa.
•· batulempung gampingan, batu lempung yang mengandung mineral karbonat.
•d. Ukuran butir dan struktur
•· serpih,(shale), batulempung berlaminasi
•· batupasir berlapis, batupasir berstruktur berlapis
•e. Khusus untuk penamaan batuan sedimen klastik yang komposisi utamanya terdiri dari mineral karbonat.
•· Kalsirudit, bila ukuran butirnya labih besar dari pasir
•· Kalkarenit, bila ukuran butirnya pasir
•· Kalsilutit, bila butirnya berukuran lempung.
- Batuan sedimen nonklastik
•· batugamping kristalin bila tersusun oleh kristal- kristal kalsit.
•· batugamping koral, bila tersusun oleh koral.
•· batudolomit, bila tersusun oleh dolomit.
•· rijang, bila tersusun oleh silika.
Langkah‑langkah penentuan nama batuan sedimen
Amati contoh batuan baik‑baik, tentukan :
•· Teksturnya, klastik atau nonklastik. Bila klastik tentukan ukuran butirnya (bila tidak seragam, tentukan ukuran fragmen dan matriksnya), bila nonklastik tentukan macam teksturnya.
•· Tentukan strukturnya.
•· Tentukan komposisinya. Untuk mengetahui kandungan karbohat contoh batuan ditetesi dengan HCl, bila bereaksi berarti mengandung karbonat.
•· Tentukan nama batuan berdasarkan kenampakan yang dominan.
Klasifikasi Batuan Sedimen
B A T U A N M E T A M O R F
Definisi
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada batuan yang.telah ada sebelumnya. Proses metamorfisme sendiri adalah proses perubahan mineral, tekstur atau struktur batuan dalam keadaan padat akibat perubahan tekanan dan suhu yang tinggi dalam kerak bumi tanpa perubahan pada komposisi kimia.
Tipe metamorfisme
- Metamorfisme sentuh atau termal : metamorfisme yang terjadi akibat intrusi magma atau ekstrusi lava. Perubahan yang terjadi akibat temparatur yang tinggi.
- Metamorfisme regional : motamorfisme yang terjadi pada daerah yang luas akibat pembentukan pegunungan atau orogenesa.Batuan yang termetamorfisme diakibatkan terutama oleh keanaikan tekanan dan temperatur yang sedang.
- Metamorfisme dinamik : metamorfisme yang terjadi pada daerah yang mengalami dislokasi intensif, biasanya berdaerah sempit, misal akibat patahan.
Komposist mineral
Mineral pada batuan,metamorf dapat dikelompokkan dalam dua macam yaitu :
- Mineral yang tahan terhadap proses metamorfisme.
- Mineral baru yang terbentuk selama atau akibat proses metamorfisme.
Sebagai contoh, kwarsa adalah mineral yang sangat stabil, sehingga mampu bertahan terhadap prioses, metamorfisme (kondisi baru) dan oleh sebab itu kwarsa hadir dalam batuan metamorf. Dilain hal mineral lempung akan berubah menjadi mineral lain selama proses metamorfisme sesuai dengan kondisinya yang baru.
Mineral yang umum‑dijumpai dalam batuan metamorf
Tekstur
Tekstur dalam batuan metamorf menyangkut mangenai rekristalisasi dari mineral yang sangat dipengaruhi oleh temperatur yang terjadi saat metamorfisme. Tekstur dalam batuan metamorf dibedakan atas dua macam :
- Kristaloblastik, yaitu mineral‑mireral batuan asal sudah mengalami kristalisasi kembali seluruhnya pada waktu terjadi metamorfisme.
- Relict texture atau tekstur sisa, yaitu tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan tekstur batuan asalnya. Penamaanya biasanya, diawali dengan blasto, misalnya blastoporfiritik.
Tekstur dalam batuan metamorf akan dicerminkan oleh ukuran dan bentuk butir penyusun.
Struktur
Struktur batuan metamorf merupakan hubungan antar butir‑butir penyusun dalam batuan metamorf. Struktur dalam batuan metamorf dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur foliasi dan nonfoliasi.
Struktur foliasi, yaitu struktur batuan metamorf yang disebabkan oleh adanya penjajaran mineral‑mineral penyusun batuan. Dibedakan lagi menjadi :
- a. Slaty cleavage, yaitu kenampakan (kesejajaran) pada batuan metamorf yang berbutir halus ditunjukkan oleh kehadiran bidang‑bidang belah yang sangat rapat. Keteraturan bidang‑bidang belah tersebut merupakan percerminan susunan mineral‑mineral yang sangat halus. Nama batuannya disebut slate (batu sabak).
•b. Phyllitic, yaitu struktur yang hampir sama dengan slaty cleavage, tapi tingkatannya lebih tinggi, ditunjukkan oleh kahadiran kilap sutra yang disebabkan olehh kehadiran mika yang sangat halus. Nama batunnya disebut phillit (filit).
•c. Schistosic, yaitu struktur foliasi yang disebabkan oleh penjajaran mineral‑mineral pipih. Kenampakan belahannya lebih jelas dari filit sehingga lebih mudah dibelah. Nama batuannya disebut sekis.
•d. Gneissic, yaitu struktur foliasi yang diperlihatkan, oleh penjajaran mineral‑mineral.granular atau berbutir kasar, umumnya berupa kwarsa dan feldspar. Struktur ini seringkali memperlihatkan belahan‑belahan tidak rata (perlapisan mineral membentuk jalur yang putus‑putus). Nama batuannya disebut gneis (genis).
- Struktur Nonfoliasi, yaitu struktur batuan metamorf yang dicirikan dengan tidak adanya penjajaran mineral-mineral yang ada dalam batuan metamorf tersebut. Dibedakan lagi menjadi :
- a. Hornfelsik (hornfels), yaitu struktur batuan motamorf dimana butlr‑butirnya equidimensional dan tidak menunjukkan pengarahan atau orientasi. Nama batuannya disebut hornfels.
- b. Kataklastik, yaitu struktur yang terdiri dari pecahan ‑pecahan atau fragmen‑fragmen batuan atau mineral. Kelompok batuan/ mineral tersebut tidak menunjukkan arah. Misalnya breksi patahan yang biasanya dijumpai pada zona‑zona patahan atau sesar.
•c. Milonitik, struktur hampir sama dengan kataklastik, tetapi butirannya lebih halus dan dapat dibelah‑belah seperti schistose. Struktur milonitik ini disebabkan oleh sesar yang sangat kuat, sehingga fragmennya lebih halus dan biasanya menunjukkan foliasi.
Penamaan Batuan Metamorf
Penamaan batuan metamorf didasarkan atas susunan mineral atau strukturnya (untuk yang foliasi) dan diberi keterangan‑komposisi mineralnya. Misalnya sekis mika garnetan. Untuk batuan yang berstruktur nonfoliasi didasarkan atas komposisinya, untuk komposisi tertentu mempunyai nama tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar