Senin, 05 April 2010

KONSERVASI

***KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN
KONSERVASI DI BOSTON, MASSACHUSETTS

MWRA (The Boston Metropolitan Water Resources Authority) - badan yang mengurusi masalah sumber daya air di Boston - didirikan pada tahun 1985 untuk memberikan layanan air dan pembuangan limbah skala besar di kota metropolitan Boston untuk 2,5 juta orang dan lebih dari 5.000 pemakai industrial dan komersial. Pada saat itu rata-rata penggunaan air adalah 330 juta gallon perhari (mgd), atau 10% di atas perkiraan produksi yang aman sejumlah 300 mgd. (1 galon sama dengan 3.8 liter). Pada kenyataannya, daerah itu telah melampaui produksinya selama hampir 20 tahun.
Daripada membangun sumber baru yang mahal, MWRA menjalankan program manajemen yang komprehensif. Hasil program tersebut sangat dramatis: rata-rata penggunaan sekarang sekitar 260 mgd, berarti jauh di dalam ambang aman produksi sumber-sumber yang ada, dan tingkat konsumsi menurun ke seperti pada awal tahun 1960-an.

Program tersebut meliputi hal-hal berikut:
* Deteksi dan perbaikan kebocoran.
Ditemukan kebocoran sebesar sekitar 30 mgd pada lebih dari 9.600 kilometer pipa di masyarakat lokal dan sekitar 5 mgd lainnya di sepanjang 400 kilometer pipa MWRA.
* Meteran. Meteran penyediaan air direhabilitasi, dan banyak meteran eceran diperiksa secara teliti.
* Perbaikan dan modifikasi barang-barang desain lama di pemukiman. Kepada 730.000 rumah tangga di daerah tersebut ditawarkan pemasangan peralatan yang hemat air dan survei deteksi kebocoran. Pada saat penyelesaian pekerjaan ini, sekitar 360.000 rumah tangga telah berpartisipasi, dengan penghematan yang diperkirakan mencapai sekitar 5 mgd. Dengan biaya sekitar 9,3 juta dollar, ini adalah "sumber" air yang sangat murah.

* Industrial. Audit komersial dan institusional (yang menggabungkan energi dan air) ditawarkan dan hasilnya disebarluaskan. Dengan mengubah secara sederhana peralatan, perlengkapan dan pemeliharan, bisa diantisipasi penghematan sekitar 10% hingga 25%.
* Memodifikasi bangunan umum. Di tempat-tempat umum dipasang seribu toilet yang hemat air.

* Informasi untuk masyarakat. Meskipun keberhasilan program ini tidak mengadalkan pada perubahan perilaku masyarakat, kampanye luas melalui berbagai media membuat orang sadar akan tujuan dan apa yang telah dicapai program ini.
Konservasi biasanya dianggap hanya pantas dilaksanakan di daerah yang sangat kering atau rawan paceklik. Ternyata program ini dapat menjadi contoh bahwa konservasi juga bisa merupakan jalan keluar yang hemat terhadap masalah pasokan air di kota-kota di kawasan yang biasa dianggap "basah". Hasil yang bisa dinikmati konsumen individu bisa sangat dramatis. Sebuah bangunan pemukiman menghabiskan $66.000 untuk program modifikasi peralatan hemat air, dan dengan program itu tempat ini bisa menghemat $120.000 per tahun. Lembaga lainnya menghabiskan $5.000 selama dua tahun dan menghemat $31.000 untuk dua tahun berikutnya.

Perpaduan antara jangkauan yang tidak memadai, layanan yang jelek dan pengolahan air limbah yang kurang layak mengakibatkan terjadinya kondisi hidup yang mengerikan. Di jalan-jalan dan tempat-tempat umum berceceran limbah manusia, saluran air mengangkut cairan limbah rumah tangga, dan pasokan air ledeng mengalir tidak teratur, sehingga limbah cair rumah tangga meresap ke dalam pipa pada saat tekanan airnya melemah. Dampaknya, terutama terhadap anak-anak, sangat mengerikan. Meskipun orang tampak sehat, mereka tidak akan seproduktif seperti selayaknya karena gangguan parasit pada usus. Keuntungan yang dapat diharapkan dari penyediaan air dan sanitasi yang lebih baik sangat tinggi, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tentunya biaya ekonomi untuk penyakit yang tidak dapat dihindari sangat tinggi, tetapi sukar untuk diperkirakan. Kerusakan sistem juga akan berdampak pada biaya lain-lain bagi para konsumen. Diperkirakan di Jakarta, Indonesia, 20 hingga 30 juta dolar dibelanjakan setiap tahun hanya untuk merebus air supaya aman untuk dikonsumsi. Andaikan jumlah uang ini digunakan untuk meningkatkan mutu penyediaan air, sangat diyakini akan membuahkan hasil yang sangat berarti untuk jangka waktu lama.

Tabel 3 memaparkan ancar-ancar perkiraan biaya untuk pengadaan layanan secara konvensional hanya kepada mereka yang tidak terlayani pada saat ini. Investasi untuk sektor air dan sanitasi selama tahun 80-an mungkin rata-rata mencapai 10 ribu juta dolar setiap tahun. Apabila investasi ini berlangsung dengan laju yang sama untuk tahun berikutnya, maka angka-angka pada tabel 3 akan menuntut kebutuhan untuk investasi kira-kira sebesar 67 ribu dolar setiap tahun untuk 5 tahun berikutnya hanya untuk mempertahankan cadangan layanan, tanpa menyembuhkan kerusakan-kerusakan di masa lalu.

Apabila dikelola dengan manajemen yang tepat air merupakan komoditas yang mengagumkan murahnya. Di Amerika Serikat, negara yang pada umumnya memberikan tingkat layanan yang tinggi, orang-pun masih tetap mengeluh tentang rekening air dan layanan pembuangan limbah air. Tetapi keluhan tersebut mungkin tidak mengaitkan masalah antara jasa yang mereka terima dengan uang yang mereka bayarkan, atau tanpa membandingkan harga layanan ini dengan komoditas lain. Di wilayah yang dilayani oleh Komisi Sanitasi Wilayah Kota (Wahington, D.C., dan daerah pinggirannya), suatu instansi yang terkenal paling mahal harga layanannya, biaya untuk pasokan air bagi rumah tangga sedang adalah $ 2,51 untuk 3.800 liter sepadan dengan hanya $ 0,60 dolar per ton. Sedangkan pembuangan dan pengolahan limbah cair hanya $ 0,90 per ton.

Hanya ada satu kesimpulan yang dapat ditarik dari pengalaman di seluruh dunia dalam sektor ini: Melanjutkan "urusan berjalan seperti biasa" sudah tidak lagi dapat diterima. Beruntunglah bahwa penekanan yang mantap pada pentingnya penyediaan air dan sanitasi selama dasawarsa terakhir ini telah berhikmah bagi kita dengan contoh-contoh yang sangat berharga tentang pendekatan-pendekatan yang telah membuahkan hasil; sekarang pendekatan-pendekatan ini perlu penerapan yang lebih luas.

Bergerak ke Depan

Evolusi pada sektor air di negara-negara berkembang menunjukkan sejarah kemajuan yang ajeg, dari air dan sanitasi tingkat rumah tangga hingga rancangan setingkat metropolitan dan regional. Hal ini seharusnya cukup memberi pelajaran kepada kita bahwa sesungguhnya tidak ada satu pun teknologi yang tepat untuk masalah-masalah dalam sektor ini. Demikian juga, perubahan-perubahan pada teknologi selalu disertai dengan perubahan yang searah pada reformasi lembaga dan pendanaan. Hal itu mengandung arti bahwa diperlukan sejumlah pendekatan (yang menawarkan bermacam pilihan teknik, finansial, dan institusional) untuk menyesuaikan dengan sifat-sifat sosial ekonomi penduduk yang dilayani, dan dapat ditingkatkan apabila dikehendaki oleh perubahan keadaan.

Juga perlu disadari bahwa negara-negara berkembang hendaknya tidak meniru sistem penyediaan air dan pembuangan limbah cair seperti negara maju. Lebih baik bila mereka mencipta sistemnya sendiri berdasarkan pelajaran di masa lampau untuk menanggapi kondisi masa kini, dan dengan demikian dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat mengakibatkan kegagalan sistem dan masalah lingkungan di negara-negara industri.

Ada tiga prinsip yang mendukung pembangunan masa depan yang sehat dalam sektor ini.

* Konservasi. Ini berarti menggunakan air hanya secukupnya saja untuk memenuhi kebutuhan yang senyatanya, tanpa pemborosan. Konservasi yang efektif biasanya meliputi suatu paket langkah pengendalian kebocoran, penggunaan peralatan untuk penghematan air, tarif yang berdaya mencegah pemborosan, dan kampanye untuk mendorong konsumen lebih sadar terhadap akibat penggunaan yang boros.

* Ketahanan. Ini berarti penggunaan teknologi dan sistem yang selalu siap bekerja dengan sumber-sumber daya yang dapat diperoleh dari lingkungan masyarakat yang dilayani, tanpa ketergantungan yang berlebih pada masukan dari luar. Sumber daya ini meliputi tidak saja keuangan, melainkan juga mengelola sistem dan ketrampilan yang diperlukan untuk merawat dan memperbaiki peralatan yang telah dipasang. Ketahanan juga meliputi peduli terhadap keberterimaan (yaitu menggunakan sistem air minum dan sanitasi yang disenangi masyarakat) dan juga peduli terhadap partisipasi masyarakat (dalam memilih teknologi yang akan diterapkan dan dalam menentukan cara mengelolanya, demikian juga dalam perencanaan, konstruksi, manajemen, dan operasi dan pemeliharaan yang tepat). Sistem yang tidak mampu berjalan atau yang tidak dimanfaatkan oleh masyarakat yang seharusnya dilayani merupakan penyia-nyiaan investasi sumberdaya.

* Sistem Melingkar (Circular System). Dengan meningkatnya tekanan jumlah penduduk terhadap sumber-sumber daya yang terbatas, maka kita perlu memikirkan sistem melingkar, bukan garis lurus. Kota yang membuang polusinya ke saluran air dan menyebabkan masalah bagi orang lain tidak bisa diterima lagi. Sebaliknya, air limbah yang telah diolah seharusnya dianggap sebagai suatu sumber bernilai yang dapat dipakai

*** Penyediaan Air Alternatif yang Dikelola oleh
Masyarakat di Tegucigalpa, Honduras

Di Tegucgalpa, Honduras, menyebarnya "barrios marginales" (daerah pemukiman liar) di banyak dataran tinggi yang sulit dicapai menyebabkan kelangkaan air yang parah. Masyarakat terpaksa membeli sejumlah kecil air dari pedagang keliling dengan harga mahal.

SANAA (badan yang menangani air dan sanitasi nasional Honduras) mendirikan sebuah kelompok istimewa, UEBM (Unit Barrios Marginales) untuk mengurusi masalah penyediaan air di kawasan tersebut. UEBM membantu dengan mendirikan tiga jenis sistem:

* Sistem konvensional, dengan sumur-sumur baru untuk melayani daerah-daerah sekitar tertentu.

* Penjualan air skala besar. Dengan ini masyarakat membangun tanki penyimpanan air yang disediakan oleh SANAA. Atau, kalau tanki sulit diperoleh, sebagai gantinya dipakai truk tanki. Karena gravitasi, air akan mengalir; atau bisa juga air dipompa ke tanki-tanki penyimpanan yang lebih kecil di seluruh pemukiman, dan dijual dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga penjual keliling swasta.

* Perbaikan penampungan air hujan untuk menambah persediaan selama lima bulan musim hujan.

Unsur kunci perencanaan ini adalah peranan Himpunan Masyarakat Air dalam membangun dan mengatur sistem-sistem tersebut yang bisa sepenuhnya mandiri, sementara kelompok ini juga mampu menyediakan air dengan biaya lebih rendah. Sebagian besar pemasukan yang diperoleh menjadi dana berputar yang dipakai membantu mengembangkan sistem semacam itu di kelompok masyarakat lainnya. Sisanya dipakai untuk membantu mengembangkan proyek-proyek pengembangan lainnya (seperti sanitasi atau pembangunan jalan) di masyarakat pemilik dana tersebut.

Dalam waktu lima tahun, perencanaan seperti ini telah mampu melayani hampir 50.000 orang. Tetapi, meskipun pemecahan inovatif ini mampu membuat air menjadi lebih terjangkau, masyarakat di "barrios marginales" masih membayar 50% lebih mahal dibanding rumah-rumah tangga umum lainnya yang bisa sambung dengan jaringan kota.

untuk berbagai kebutuhan untuk irigasi, sebagai ganti air yang diambil dari lapisan sumber air bawah tanah, untuk memasukkan air ke jaringan-jaringan tersebut di sepanjang pantai guna mencegah perembesan air garam, dan dengan kewaspadaan yang benar, bisa dipakai untuk kebutuhan rumah tangga. Selain itu, unsur hara dalam limbah sebaiknya tidak begitu saja dibuang sehingga menyebahkan terjadinya rawa-rawa (eutrophication) di saluran-saluran dan sungai-sungai. "Setiap hari beribu-ribu ton unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan potasium, mengalir dari desa ke kota dalam bentuk makanan. Di seluruh dunia, lebih dari 2/3 unsur hara yang terdapat dalam limbah manusia di buang ke lingkungan dalam bentuk limbah cair yang tidak diolah," tulis Lester Brown dan Jodi Jacobson dari Institut Wordwatch. Dan, tentu saja, unsur hara yang hilang ini pada akhirnya harus diganti dengan pupuk petrokimia.

Proses pengambilan keputusan juga perlu diperbaiki. Terlalu banyak usulan proyek yang diterima hanya berdasarkan rendahnya biaya modal awal, tanpa mempertimbangkan faktor-faktor penting lainnya yang berhubungan dengan ketahanan (sustainability). Keputusan-keputusan seharusnya paling tidak didasarkan pada "biaya masa siklus" (life-cycle cost) yang meliputi semua biaya yang dibutuhkan untuk menjaga investasi yang diusulkan supaya tetap terawat dan beroperasi dengan efisien. Pertimbangan penting lainnya ialah bahwa sebenarnya ada pemecahan yang bisa dirancang secara lokal dan padat karya sehingga menciptakan banyak lapangan kerja. Pemecahan semacam ini memiliki kesempatan lebih besar untuk bisa terus beroperasi dan dengan demikian memberikan keuntungan jangka panjang, sementara pemecahan berteknologi tinggi sering macet setelah kerusakan ringan pertama tak bisa diperbaiki. Sayang, di tingkat atas sering ditemukan persekongkolan rahasia tak disengaja yang jauh lebih condong pada pemecahan modern dan canggih. Juga, buku-buku teks dan bahan-bahan untuk memberi gambaran pendekatan yang lebih sesuai sangat kurang. Selain itu, terbentang jurang lebar antara kenyataan ekonomi dan finansial pada banyak analisis proyek. Sebuah cara, "penyusutan perputaran uang", dipakai sebagai pembenaran ekonomi untuk menunda penanaman modal sampai tahap kedua yang dianggap pantas dikerjakan.

Untuk tingkat nasional, hal itu mungkin merupakan kebijakan yang bagus, tetapi sukar dimengerti oleh pemerintah daerah yang melulu harus berurusan dengan masalah keuangan dan mungkin tidak akan pernah lagi memiliki kesempatan untuk mendapat bantuan dari luar. Demikian juga, pengangguran dan setengah pengangguran dalam istilah ekonomi berarti buruh dapat "dihargai secara semu", yakni hanya bernilai satu bagian kecil saja dari biaya yang sesungguhnya. Tetapi, pemerintah kota tidak bisa menggaji pekerjanya serendah itu. Secara umum, kesenjangan antara lembaga lokal dan mereka yang berpikir secara makro ekonomis perlu dijembatani.

Selanjutnya, akibat jangka panjang yang tak bisa diperbaiki, misalnya kemerosotan mutu lingkungan dan habisnya sumber daya, perlu dinilai secara lebih realistis, supaya pengurasan dan pencemaran air oleh industri dan kota bukan lagi merupakan strategi yang secara komersial dianggap sehat.

Dampak kesehatan layanan air dan sanitasi merupakan contoh khusus dari biaya dan manfaat jangka panjang yang sering diabaikan. Pengembangan yang tidak seimbang (meningkatnya kuantitas persediaan air tanpa menyediakan sarana pembuangan limbah air atau sarana sanitasi pokok) secara politis memang populer, tetapi mungkin tidak menaikkan tingkat kesehatan sebab lingkungan tetap tercemar. Limbah industri yang tidak ditangani mungkin akan menimbulkan masalah kesehatan di kemudian hari. Dengan dampak kesehatan yang mungkin belum diketahui dari zat-zat kimia modern yang baru akhir-akhir ini saja ditemukan, industri dan pencemar potensial lainnya harus menanggung kewajiban untuk membuktikan bahwa kegiatan-kegiatan yang mereka rencanakan tidak merugikan. Hal ini terutama karena banyak industri membuang kombinasi zat kimia yang berpotensi merugikan sehingga lembaga-lembaga perlindungan tidak bisa mengantisipasi dan mengevaluasi buangan ini dengan sumber referensi yang mereka miliki.

***
Sanitasi di tempat (on-site
sanitation) untuk abad
ke-20: VIP dan PF

Kakus yang ditingkatkan dan diberi ventilasi (VIP) memecahkan dua problem utama kakus di luar rumah: bau dan lalat. Dengan memasang sebuah pipa ventilasi berdiameter besar dari lubang kakus ke atas atap, terjadilah aliran udara di ujung atas pipa. Lalat dikendalikan dengan memasang sebuah kasa di ujung atas pipa; tiap lalat yang menetas di dalam kakus terbang ke atas pipa dan dijebak oleh kasa itu, dan mati. Jika ada dua lubang kakus, maka yang satu digunakan selama beberapa tahun sampai hampir penuh kemudian diistirahatkan sementara lubang yang kedua bisa digunakan. Pada saatnya kemudian, isi lubang kakus yang pertama sudah berubah menjadi humus dan bisa digali serta digunakan dengan aman untuk tanah.

Meskipun pada awalnya adalah teknologi pedesaan, VIP sudah memperoleh pengakuan luas di daerah-daerah perkotaan, terutama di Afrika. VIP sangat akomodatif, bisa menerima berbagai bahan yang dipakai untuk membersihkan setelah buang air besar. Tetapi, sebagian besar penduduk dunia hanya menggunakan air untuk membersihkan. Karena itu, mereka bisa memasangkan kakus yang memiliki air sebagai penutup lubangnya (water-sealed unit), yang bisa disiram dengan tangan dengan menggunakan sedikit air.



Jenis toilet siram (PF) memiliki wadah yang secara hidraulis efisien dan dapat disiram dengan beberapa liter air saja, yang dihubungkan ke sepasang lubang pelarut yang dipakai secara bergantian. (Seperti VIP, lubang ini bisa dikosongkan setelah beberapa tahun dan humusnya bisa dipakai untuk menyuburkan tanah). Karena air tersimpan rapat dalam wadah, toilet ini bisa dipasang di dalam rumah. Jenis sanitasi ini sangat disukai di sebagian besar Asia, Amerika latin, Timur Tengah, dan Afrika utara. Biayanya sebanding dengan VIP, toilet PF jauh lebih murah daripada WC konvensional yang dihubungkan ke saluran pembuangan atau tanki septik. Meskipun memerlukan air (sekitar 2 liter untuk sekali siram), toilet ini masih lebih hemat juga dibandingkan dengan WC konvensional.

Suatu keputusan penting yang dibuat oleh pemerintah India selama tahun-tahun belakangan ini adalah membatasi pembuatan sistem saluran pembuangan baru. Perencanaan Terpadu Sanitasi Biaya Rendah Pemerintah Pusat dengan dana sekitar $65 juta untuk periode 1990-1997 membantu masyarakat di daerah-daerah perkotaan memperbaiki sanitasi mereka dengan memasang toilet-toilet PF. Untuk masyarakat berpenghasilan rendah, 45% dari biaya kakus itu merupakan pemberian gratis, dan yang 50% adalah pinjaman. Jadi, mereka hanya perlu menyumbang 5% dari sumber mereka sendiri.

Kebanyakan dari sektor ini "yang terbaik adalah musuhnya yang baik". Sementara peraturan kesehatan masyarakat mengharuskan rumah-rumah untuk memiliki sambungan saluran pembuangan, izin resmi untuk membuat lubang kakus sering ditolak, meskipun kakus ini bisa memberikan tingkat kesehatan yang tinggi, sedangkan sistem saluran pembuangan mungkin untuk selamanya di luar jangkuan kemampuan banyak orang. Demikian juga, keharusan untuk menggunakan teknologi tinggi untuk mengolah air sebelum dipakai untuk irigasi hanya menghasilkan irigasi yang tidak sah yang menggunakan air limbah mentah, karena fasilitas pengolahan yang diharuskan tidak terbeli dan sumber air lainnya tidak ada.

Contoh-contoh Praktis

* Perbaikan efisiensi irigasi. Dari sudut pandang penggunaan sumber daya air global, sangat penting untuk memperkenalkan cara-cara irigasi yang lebih efisien (misalnya, irigasi menetes yang banyak digunakan di Israel). Memperbaiki efisiensi irigasi bisa membebaskan air untuk bisa digunakan di daerah-daerah kota sekitar, seperti yang telah dilakukan di tempat-tempat tertentu di Amerika.

Di Imperial Valley di California, sedang dicobakan sebuah pendekatan inovatif untuk menemukan sumber daya air baru untuk memenuhi kebutuhan kota.

MWD (The Metropolitan Water District of Southern California) sedang membiayai tindakan-tindakan yang memperbaiki efisiensi sistem irigasi dengan menyediakan pengatur aliran air (reservoir) yang baru, memperbaiki kanal dan memasang lebih banyak monitor arus air. Sebagai imbalan, MWD bisa menggunakan 106.000 acre feet air (seluas 42.500 ha dengan kedalaman 1 kaki) yang bisa dihemat setiap tahun. (1 acre foot air sama dengan volume air seluas 0,4 hektar dan sedalam 0,3 meter). Demikian juga kota Casper di Wyoming, membayar petani untuk mengisi (dengan air) parit-parit irigasi mereka dan memasang peralatan irigasi yang bisa menghemat air. Sebagai gantinya, kota menerima air yang dihemat tersebut.

Aspek penting lainnya dari perbaikan efisiensi irigasi adalah pengakuan atas peranan kunci dari para "penerima keuntungan" dalam menciptakan struktur lembaga yang tepat. Sebelumnya, perbaikan irigasi hanya dianggap sebagai masalah teknik belaka; jika instalasi sudah terpasang dengan benar (sesuai dengan rancangan teknis departemen tingkat provinsi atau nasional), maka selanjutnya tinggal mengajari petani cara mengunakan persediaan air tambahan. Pendekatan semacam ini sudah tak bisa dipercayai lagi karena kegagalannya. Sekarang disadari bahwa dalam banyak kasus petani telah mengembangkan sendiri mekanisme untuk mengatur kanal pembagi, mengelola pembagian air, dan menyelesaikan perselisihan. Membangun berdasarkan pengaturan yang sudah ada jauh lebih mungkin untuk berhasil daripada mencoba memaksakan sistem baru dari luar.

Pendekatan tersebut telah diterapkan di Filipina sejak pertengahan 1970an, dan model tersebut telah diadaptasi untuk digunakan di negara-negara Asia lainnya, termasuk Srilanka, India, Indonesia, Thailand, Nepal dan Bangladesh. Ini model yang harus diterapkan lebih luas di bidang sanitasi dan penyediaan air kota karena sekarang sudah semakin disadari bahwa keberhasilan masyarakat sekitar kota tergantung pada pembicaraan yang tepat dengan masyarakat itu sendiri.

***
PENGOLAHAN LIMBAH YANG MENGHASILKAN: BUDIDAYA AIR DENGAN RUMPUT BEBEK

Sistem yang menggunakan gulma air rumput, sebagaimana penyeimbang konvensional, bergantung pada serangkaian proses pengolahan untuk memperoleh luapan yang berkualitas tinggi. Setelah disaring (dan dibuang kerikilnya, jika perlu) limbah diolah awal secara sederhana (biasanya di kolam yang tidak dipakai untuk memproduksi rumput bebek) dan dialirkan ke kolam rumput bebek atau ke beberapa saluran dangkal yang berbelok-belok tempat gulma tumbuh yang ukurannya cukup fleksibel. Dari sana rumput bebek dipindah ke kolam ikan berukuran kecil sehingga mudah dikuras atau dipompa. Hasil dari budidaya yang intensif bisa sangat mengagumkan - sampai 20 ton ikan per acre per tahun. (1 acre sebanding dengan 0,4046 hektar). Hasil yang sedang saja (tiga sampai empat ton per acre per tahun) sudah bisa memberikan sumber protein dan pemasukan yang tidak kecil bagi masyarakat lokal. Di Bangladesh, hasil permulaan menunjukkan bahwa gulma bisa diproduksi lebih kurang 0,5 ton per acre per hari (berat basah) yang kemudian bisa menghasilkan 45 kg makanan kering berprotein tinggi, atau menopang produksi ikan sebesar kira-kira 58 kg per acre per hari.

Tebing-tebing di antara saluran kolam gulma bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman yang menghasilkan uang seperti pohon miju (lentil) atau pisang. Secara keseluruhan sistem tersebut bisa memberikan hasil yang besar. Rumput bebek juga bisa dikeringkan untuk makanan ayam. Di Peru, dengan mengganti sampai 40% makanan ayam dari toko dengan gulma rumput bebek, ayam petelur bisa terjaga produksi telurnya dan menghasilkan warna kuning telur lebih baik yang merupakan faktor jual yang penting. Namun, ini mungkin merupakan cara pemanfaatan rumput bebek yang kurang efisien, dan pengeringan gulma mungkin bisa menimbulkan masalah di banyak kelompok masyarakat dan cuaca.







Pada semua kasus, air yang keluar dari kolam telah diolah sepenuhnya dan cocok untuk dilepas menjadi sumber air atau irigasi. Pada kenyataannya, air tersebut seringkali lebih bersih daripada air "segar" di daerah tersebut.

Kemampuan gulma untuk bertahan di lingkungan yang buruk mengisyaratkan adanya manfaat potensial lainnya, meskipun ini belum diuji di lapangan. Misalnya, gulma bisa mengumpulkan sisa-sisa logam di limbah industri sehingga bisa menghasilkan air yang cocok untuk dilepaskan menjadi aliran air atau irigasi; dan mungkin pada saat yang sama bisa memberikan pemecahan ekonomis untuk memulihkan sumber-sumber daya berharga yang kalau tidak ditangani akan bisa mencemari lingkungan.

Demikian juga, oleh karena gulma tumbuh subur dalam air yang agak asin, maka rumput bebek potensial digunakan untuk mengolah air yang berkadar garam tinggi, membersihkan air tanah sebelum digunakan untuk irigasi atau air minum, membersihkan saluran drainase irigisi sebelum digunakan kembali, atau mungkin mengubah lahan irigasi yang terlantar yang telah menurun produksinya karena perembesan air garam menjadi sistim budidaya air atau rumput bebek yang bisa memberikan pemasukan uang yang tinggi.

* Pilihan-pilihan yang lebih baik dalam proses industri. Kemungkinan untuk penghematan yang sangat besar dengan memerintahkan industri untuk menggunakan proses yang hemat air dan memanfaatkan daur ulang telah dikemukakan di depan. Pengawasan yang lebih ketat terhadap penyedotan air oleh industri (termasuk membebani industri dengan biaya yang realistis untuk penggunaan sumber-sumber daya ini) juga menghindari timbulnya masalah seperti yang dilaporkan ini: dihadapkan pada undang-undang yang mengharuskan limbah untuk mengandung lebih sedikit kosentrasi pencemar tertentu, industri-industri menemukan cara untuk menghemat dengan cara menambahkan air bersih pada limbah mereka supaya lebih encer dan bukannya berusaha untuk mengurangi jumlah kandungan pencemar.

* Konservasi. Meskipun menyediakan air adalah industri yang menghasilkan dan menjual produk, pada umumnya industri ini kehilangan 1/3 dari produksinya sebelum sampai pada konsumen. Di beberapa kota, lebih dari separo air hilang. Kehilangan yang tinggi ini membuat sulit atau tidak mungkin menciptakan kondisi penyediaan air yang memuaskan karena menyediakan lebih banyak air atau menambah tekanan pada sistem yang bobrok hanya menyebabkan luapan dan kebocoran yang lebih besar.

Program konservasi biasanya harus terdiri atas kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk saling melengkapi. Di beberapa negara berkembang, dengan sistem lama yang kondisinya menyedihkan, prioritas pertama harus ditujukan pada pengurangan air yang terbuang.

Hal ini biasanya merupakan prasyarat untuk menciptakan kondisi penyediaan air yang lebih baik, dan sampai kondisi ini mulai membaik konsumen sering enggan untuk turut serta dalam bagian-bagian lain program ini.

Kampanye pengurangan UFW biasanya tidak mahal dibandingkan dengan biaya untuk menyelamatkan air. Kampanye ini memiliki periode pembayaran kembali yang pendek bahkan pada tingkat tarif sekarang ini, dan akan lebih menarik lagi jika dibandingkan dengan biaya mencari sumber air baru.

Di negara-negara berkembang yang layanan penyediaan airnya mungkin secara bergilir manfaat penting dari pengurangan UFW ini adalah bahwa hal ini memungkinkan pemulihan layanan 24 jam. Hal ini juga memiliki dampak kesehatan langsung dan menghindarkan polusi air minum yang disebabkan oleh kebocoran saluran limbah yang masuk ke pipa-pipa pada saat pipa-pipa tersebut tidak penuh. Air juga bisa dihemat sebab masyarakat tidak merasa harus mengisi setiap wadah di rumah mereka pada jam-jam penyediaan untuk berjaga-jaga kalau saat aliran air berikutnya mungkin tertunda atau hilang. Meteran juga bisa digunakan dan lebih awet. Dalam kondisi bergilir meteran bisa menjadi sangat tidak akurat karena adanya udara mampat yang melewati pipa pada saat pipa terisi lagi. Selain itu pipa pun bisa rusak karena kekeringan. Pengawasan sistem dan deteksi kebocoran yang ajeg juga jauh lebih sederhana begitu sistem itu diisi air dan sistem ini tidak membutuhkan peralatan yang canggih.

Langkah kedua ialah mengharuskan digunakannya peralatan yang menggunakan air dengan desain yang lebih efisien. Desain yang lama menggunakan lebih banyak air. Toilet, pancuran, dan kran hemat air buatan lokal harus merupakan satu-satunya yang tersedia di pasaran, dan insentif sebaiknya diberikan kepada mereka yang memodifikasi barang-barang desain lama supaya bisa digunakan lagi.

Sebelum ini, Amerika Serikat tertinggal dalam hal konservasi dibandingkan Eropa. Tapi sekarang Amerika sedang meluncurkan program-program semacam itu dalam jumlah besar dengan hasil yang mengagumkan. Sebagai contoh, di tahun 1988, San Simeon, California, memulai program modifikasi barang-barang desain lama untuk membuat toilet volume rendah (low-volume flush toilet/LVFT) dan ujung pancuran hemat air. Dimulai dari tempat-tempat yang banyak menggunakan air, misalnya sekolah, hotel, rumah sakit, dan pom bensin, ternyata volume air mubazir yang bisa dihemat mencapai 25%. Perluasan program ini ke daerah pemukiman dan pembatasan penggunaan air untuk menyiram tanaman di musim panas mengurangi penggunaan air secara keseluruhan dan air yang terbuang hingga 50%. Akibat lain ialah pulihnya jaringan sumber air tanah yang sebelumnya terkuras habis. Yang paling hebat adalah berkurangnya ongkos pemanasan air dengan sendirinya cukup untuk membiayai semua program.

Demikian juga, sebuah studi pilot yang meneliti contoh-contoh rumah tangga, tempat usaha dan tempat umum di kota Meksiko menemukan bahwa melengkapi tempat-tempat tersebut dengan toilet dan ujung pancuran yang hemat air bisa mengurangi pemakaian air hingga separo. Selain itu, sistem penyaluran air juga diperbaiki dan program modifikasi barang-barang desain lama juga dilancarkan.

Di beberapa negara berkembang, kondisi penyediaan air sangat tidak menentu sehingga pembicaraan tentang peralatan hemat air menjadi tampak lucu. Namun, bahkan dalam kondisi demikian air yang terbuang masih bisa banyak. Rumah-rumah orang kaya menggunakan peralatan boros air, dan orang-orang miskin mencuci di bawah kran yang mengalir terus. Dalam kondisi demikian peralatan hemat air akan bermanfaat karena yang kaya akan menggunakan lebih sedikit air sementara standar yang mereka inginkan tetap terjaga; yang miskin akan bisa berbuat lebih banyak dengan persediaan yang terbatas.

Unsur ketiga program konservasi air ialah tarif yang dirancang dengan tepat. Pada prinsipnya ongkos air harus naik sesuai dengan meningkatnya jumlah pemakaian air, sehingga untuk keperluan pokok air tersedia dengan harga yang terjangkau, tetapi jumlah yang lebih besar (yang digunakan untuk kemewahan, seperti menyiram kebun, mencuci mobil, dan mengisi kolam renang) secara progresif harganya naik.

Seringkali pungutan air tidak didasarkan pada pemakaian yang sebenarnya, atau kalau didasarkan pada meteran biasanya dengan memakai tingkatan tetap atau mendatar (flat unit rate) atau bahkan menurun yang tidak merangsang konservasi. Namun selain hal itu, ada masalah-masalah serius lainnya yang juga harus dipecahkan, seperti bagaimana menyediakan layanan yang terjangkau untuk orang tak mampu (di mana banyak orang menggunakan satu saluran air bersama-sama sehingga timbul kesan yang keliru bahwa air dipakai secara berlebihan), atau bagaimana menjalankan program meteran yang akurat. Tetapi, masalah-masalah tersebut bisa diatasi.

Pendidikan dan peran serta konsumen adalah unsur keempat program konservasi yang sangat penting. Penggunaan air adalah jumlah keseluruhan dari berbagai kegiatan harian. Jadi mengubah sikap perilaku sangatlah penting terutama di tempat yang kondisi penyediaan airnya buruk atau peningkatan tarif airnya sedang diusulkan.

* Teknologi Pengolahan Air. Banyak negara berkembang tidak memiliki sumber keuangan dan personil untuk memasang dan mengoperasikan sistem pengolahan air yang rumit. Bahkan, negara-negara maju pun membutuhkan teknologi yang sederhana dan tahan lama untuk daerah-daerah yang belum begitu maju. Sekarang ada kecenderungan ke arah penggunaan teknologi yang jauh lebih sederhana dan bukannya penggunaan sistem penyaringan rumit yang menggunakan berbagai bahan filter dan kontrol otomatis. Sebagai contoh adalah filter "laju menurun" (declining rate). Dalam filter itu air yang masuk dibagi merata di antara filter-filter dan tiap filter dicuci pada saat air di dalamnya mulai menggenang yang menandakan adanya sumbatan karena pasir atau bahan-bahan filter lainnya. Cara sederhana lainnya ialah dengan menggunakan `pasir lambat' (slow sand) yang awalnya diperkenalkan satu abad yang lalu di Eropa. Filter ini memiliki tingkat penyaringan yang rendah, tapi hampir tanpa bagian-bagian yang bergerak. Penjernihan biologisnya terjadi pada lapisan material yang terperangkap pada permukaan pasir. Dan ini dibersihkan kalau material itu mulai menyumbat filter.

* Standar Pasokan Air. Tata cara di banyak negara berkembang diwarisi dari administrasi pemerintah kolonial sebelumnya. Walaupun secara teknis bagus, aturan ini cenderung terasa berlebihan karena awalnya dirancang untuk diterapkan pada kondisi yang berbeda. Peninjauan kritis tentang standar yang ada sekarang akan menunjukkan bahwa lebih banyak lagi orang yang bisa dilayani dengan anggaran yang secara keseluruhan sama.

Sekarang tersedia program-program komputer yang mempermudah perancang untuk mengkaji efek penetapan parameter yang lebih tepat terhadap masyarakat yang dilayani daripada mengadopsi kriteria yang diimpor. Program-program semacam itu sekarang diterapkan sebagai sesuatu yang rutin di sejumlah negara (India, Filipina, Indonesia, Cina, Burma, Srinlanka, Thailand, dan Pakistan). Program ini memungkinkan perencana untuk merancang jaringan distribusi hemat biaya yang bisa dijalankan hanya dengan biaya separuh biaya jaringan konvensional.

Sebuah studi kasus di Filipina, mungkin merupakan sesuatu yang khas dari 40 sistem yang diperbaiki oleh Administrasi Perusahaan Air Minum Lokal dengan dukungan Bank Dunia. Dilaporkan bahwa modifikasi barang-barang rancangan lama menghasilkan turunnya biaya per kapita dari $45 ke $25. Ini adalah penghematan sekitar 45%. Penghematan ini berasal dari penggunaan pipa berpenampang lebih kecil untuk aliran yang kecil, penurunan ketentuan tekanan minimum untuk gedung satu tingkat, dan dirancangnya kemungkin pelayanan campuran daripada mengasumsikan bahwa setiap orang akan mampu membiayai saluran mereka sendiri.

* Peranan Masyarakat. Tegucigalpa, Honduras, adalah contoh khas dari banyak kasus keterlibatan komunitas yang lebih besar, yang sudah waktunya untuk diakui selama dekade ini sebagai unsur penting untuk ketahanan jangka panjang. Di daerah kota, pendekatan-pendekatan serupa dalam rencana perbaikan kota telah menghasilkan keterlibatan LSM dan kelompok-kelompok masyarakat. Penerapan pendekatan tersebut pada sanitasi dan penyediaan air telah membuahkan beragam rancangan berskala besar atau eceran untuk penyediaan air bagi masyarakat pemukim liar dan konsep menyeluruh tentang keterlibatan kelompok masyarakat dalam perencanaan dan konstruksi serta pengoperasian sistem air dan buangan.

Secara khusus, "tuntutan efektif" (effective demand) sebaiknya digunakan untuk menentukan tingkat layanan. Ini berarti bahwa masyarakat ditawari berbagai tingkat layanan dan bisa mendapatkan air sebanyak kemampuan membayarnya. Idealnya, hal ini bisa memungkinkan semua biaya layanan terbayar oleh mereka yang mendapat layanan , kecuali kalau ada keadaan sosial yang menuntut diberikannya subsidi.

Dan tentu saja, masyarakat bisa memilih pemecahan yang oleh perencana semula diperkirakan tidak akan populer. Di Filipina, penyediaan air yang bisa dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah sebenarnya dirancang akan diberikan melalui kran umum, meskipun sebenarnya air yang terbuang akan lebih sedikit seandainya orang-orang tersebut memiliki saluran sendiri. Namun, ternyata mereka justru lebih suka membayar semua biaya sambungan untuk saluran pribadi dan tidak bersedia untuk kran umum. Serupa dengan hal tersebut, di Cochabamba, Bolivia, para insinyur menemukan bahwa orang bersedia membayar lebih mahal untuk sambungan di halaman mereka daripada membayar untuk kran umum. Namun, dengan pelayanan yang sudah diperbaiki ini pun, mereka masih membayar 86% lebih rendah daripada seandainya mereka membayar ke pedagang keliling.

Contoh lain adalah masyarakat di Kumasi, Ghana. Kepada masyarakat ini diajukan pertanyaan: "Jika WC (yang dihubungkan ke sistem saluran pembuangan kotoran) dan lubang kakus yang diperbaiki dan diberi ventilasi (Kumasi Ventilated Improved Pit latrine/KVIP) membutuhkan biaya yang sama tiap bulan, maka manakah yang akan Anda pilih? Para perencana memperkirakan bahwa jika biayanya sama, mereka akan memilih WC. Tapi, ternyata hanya 54% yang memilih WC, sedangkan 45% memilih KVIP karena KVIP tidak menggunakan air sehingga akan tetap berfungsi seandainya sistem air rusak. Selain itu KVIP juga lebih sederhana namun lebih sulit untuk disalahgunakan. Penelitian seperti ini memiliki pengaruh penting terhadap perancangan proyek sanitasi.

* Rancangan Tarif yang Lebih Baik dan Mekanisme Pemulihan Biaya

Perusahaan-perusahaan air sering menggunakan biaya rata-rata atau biaya 'historis' sebagai dasar penentuan tarif air. Akibatnya, tarif yang mereka tentukan terlalu rendah karena dua hal. Yang pertama jelas: karena inflasi biaya sebenarnya telah meningkat sejak sistem dibangun. Sebab kedua yang agak rumit adalah: karena konsumsi air yang meningkat memaksa perusahaan untuk memperluas kapasitas produksi airnya, maka perusahaan harus mengembangkan sumber-sumber baru, dan tiap-tiap sumber itu secara progresif makin mahal dibandingkan sumber-sumber daya yang telah ada. Memang terpaksa demikian, kalau pemecahan yang makan biaya paling sedikit dipilih pada saat sumber-sumber itu sedang direncanakan. Dengan demikian perusahaan itu dihadapkan pada biaya marjinal dalam jangka panjang yang terus meningkat yang perlu dimasukkan ke dalam tarif supaya hal ini bisa mengurangi konsumsi berlebihan dan supaya bisa menunda kebutuhan untuk mengembangkan penyediaan tambahan yang baru dan mahal.

Besarnya kenaikan tarif mungkin akan mengagetkan para perencana. Penelitian Bank Dunia menemukan bahwa dalam hitungan yang sebenarnya (dengan nilai dolar tetap) biaya air per kubik meter untuk proyek yang disetujui pada tahun 1975 - 1981 besarnya tiga kali lipat proyek disetujui pada tahun 1966 - 1971. Mengulangi proyek di daerah perkotaan yang sama menunjukkan kecenderungan meningkatnya biaya perkubik meter lebih dari 200% antara proyek yang pertama dan kedua.

Pada tahun-tahun belakangan ini sudah ada kemajuan dalam pengubahan tarif yang mencerminkan biaya penyediaan air yang sesungguhnya tetapi yang juga tetap mempunyai tujuan sosial. Tarif-tarif ini menggunakan pembiayaan marjinal untuk mencerminkan biaya sumber daya yang sebenarnya, yang akan meningkat begitu konsumsi meningkat supaya orang tidak terangsang untuk boros air. Sementara itu ada juga tarif tingkat 'pertolongan' yang membantu orang-orang miskin supaya dapat menjangkau konsumsi minimum yang pokok.

Tarif seperti itu pada akhirnya harus memungkinkan perusahaan air untuk secara finansial bisa mencukupi dirinya sendiri, beroperasi dan merawat sistem-sistem mereka tanpa tergantung pada subsidi dari luar.

Penggunaan 'tuntutan efektif' dan kesadaran bahwa sistem yang berakar pada masyarakat memiliki kemungkinan lebih bagus untuk diterima dan dengan demikian juga meningkatkan pemulihan biaya telah membawa perubahan pula pada cara penagihan.

Di sebuah daerah miskin di Honduras, di musim kering air didapat dari sungai atau dari pedagang keliling tradisional dengan biaya 50 sen untuk 10 l air. Dengan mendirikan koperasi air dan membeli air dalam jumlah besar dari pemerintah kota, harga air dari kios sekitar turun menjadi 10 sen untuk 10 l air. Dua kepala rumah tangga perempuan yang mengelola kios dibayar dari uang yang masuk. Setiap tiga bulan sekali pengelola kios diganti, dengan demikian kesempatan mendapat kerja dapat dinikmati oleh beberapa keluarga.

Di sistem lain di Afrika yang juga dikelola masyarakat, pemakai membeli tanda dari plastik, dan setiap tanda plastik itu bisa ditukar dengan 25 l unit air di toko-toko sekitar kios. Tarif itu sama dengan tiga kali lipat jumlah yang dibayar perkumpulan tersebut ke bagian penyediaan air di kota. Kelebihan tersebut kemudian dipakai untuk membiayai pengoperasian dan perawatan, membayar kembali pinjaman untuk membangun, dan menambah jumlah kios. Proyek ini telah menghasilkan 20 pekerjaan penuh waktu dan mengurangi biaya air sebesar faktor 3 hingga 7 dibandingkan dengan kalau membeli dari pedagang keliling tradisional.

Pengumpulan Sanitasi

Hampir tiap orang mengetahui `masalah air'. Tapi hampir tak seorangpun di luar sektor itu yang tahu bahwa ada masalah sanitasi yang sama seriusnya dengan masalah air yang telah mendapat publikasi lebih baik. Padahal, terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air.

* Kesehatan. Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Itulah sebabnya estimasi pengurangan penyakit di tabel 2 menunjuk ke penyediaan air dan sanitasi. Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif.

* Penggunaan air. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.

* Biaya dan pemulihan biaya. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi.
Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan menggunakan praktek-praktek konvesional, untuk membuang air dibutuhkan biaya lima sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S. menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari 1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter.
Perlu diperhatikan pula bahwa pungutan untuk saluran pembuangan limbah biasanya jauh lebih rendah dari pada pungutan air, padahal biaya pembuangan limbah lebih tinggi.
Juga, perusahaan-perusahaan air berhasil melakukan kontrol atas tingkatan pungutan dan bisa memberikan sangsi (seperti menghentikan layanan) apabila pungutan tak dibayar. Sementara itu, pungutan pembuangan limbah di banyak negara hanyalah sebagian kecil dari pendapatan umum pajak kota yang tidak hanya terlalu kecil tapi juga tidak ditarik; atau, kalaupun ditarik, dialihkan pada bagian operasi kota lainnya.

* Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air cenderung mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak. Masalah yang harus dipertimbangkan oleh perencana adalah mereka juga harus memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat.
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, banyak perhatian telah diberikan pada pembuatan sistem sanitasi yang tahan lama, hemat air, bisa diterima oleh orang-orang yang akan memakainya, dan memungkinkan penggunaan kembali limbah yang telah diolah. Pengembangan sanitasi yang paling penting dalam dekade ini adalah pengesahan bentuk-bentuk sanitasi yang sebelumnya dianggap primitif. Setelah beberapa tahun penelitian terapan dan kemajuan teknologi, kakus luar rumah telah ditransformasi menjadi instalasi sederhana tapi canggih yang memberikan tingkat kenyamanan dan kesehatan yang tinggi. Dua teknologi penting yang berhubungan dengan kakus ini adalah: lubang kakus yang diperbaiki dan diberi ventilasi (Ventilated Improved Pit latrine/VIP latrine) dan toilet siram guyur (Pour Flush Toilet/PF toilet). Dua teknologi ini biayanya jauh lebih sedikit daripada toilet konvensional yang dihubungkan ke tanki septik atau sistem saluran pembuangan. Bank Dunia menunjukkan adanya keuntungan biaya sekitar 15 berbanding 1.

Lubang kakus VIP dan PF memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sistem di tempat ("on-site system") yang tradisional dan sistem saluran pembuangan konvensional. Kelebihan-kelebihan itu adalah:

* Lubang kakus VIP dan toilet PF sederhana, bisa diandalkan, higienis dan terjangkau biayanya.
* Bisa dibangun dengan bahan-bahan lokal dan hanya membutuhkan sedikit keahlian teknis untuk perancangannya, dan bisa dibangun sendiri oleh individu atau masyarakat hanya dengan bantuan secukupnya saja dari luar.
* Membutuhkan sedikit ruang sehingga cocok untuk daerah yang penuh sesak.
* Tetap bisa beroperasi meskipun air langka. Untuk beroperasi VIP tidak membutuhkan air, sedangkan toilet PF hanya butuh dua liter air per siraman (plus air yang digunakan untuk membersihkan badan) dan air inipun bisa didapatkan dari air buangan (bekas untuk mandi, mencuci dan semacamnya).
* Pengolahan kotoran yang rumit tidak dibutuhkan. Jika ada lubang-lubang kakus yang bisa digilir pemakaiannya maka lubang-lubang kakus ini memungkinkan pengolahan kotoran di tempat itu juga dan pemulihan unsur hara yang aman untuk tanah.
* Bisa diubah menjadi sistem yang lebih canggih.
* Yang lebih penting lagi, teknologi ini sangat disukai oleh orang-orang yang memakainya.

Begitu konsumsi air dan kepadatan penduduk meningkat, sistem 'on-site' tidak lagi bisa mengatasi volume limbah kotoran yang makin banyak. Salah satu pemecahan tradisional masalah itu ialah penggunaan tanki septik untuk mengolah limbah sebelum limbah kotoran itu dibuang ke resapan bawah tanah. Tetapi cara ini mahal dan mudah gagal. Resapan akan buntu jika muatannya luber, seperti yang sering terjadi karena tanki tidak dikosongkan dengan benar. Sebagai akibatnya, luapan yang terolah dengan buruk dibuang secara melanggar hukum ke selokan-selokan di pinggir jalan atau menjadi genangan-genangan di permukaan.
Jalan keluarnya ialah dengan menggunakan saluran pembuangan bebas limbah padat (solids-free sewarage/SFS) yang awalnya dikembangkan di A.S. dan Australia dan sekarang menyebar ke negara-negara berkembang. Sistem ini menggunakan jaringan pipa kecil (seringkali dari plastik) yang dipasang untuk membawa luapan dari tanki septik ke suatu tempat kemudian dibuang ke saluran pembuangan utama atau ke instalasi pengolahan. Selain mengumpulkan luapan tanki septik, SFS bisa digunakan di instalasi-instalasi baru asalkan ada tanki antara sederhana yang memungkinkan pengolahan awal.
Brazil adalah salah satu negara yang memelopori pengembangan sistem pembuangan kotoran yang murah. Proyek perintisnya menggunakan "sistem pembuangan kotoran yang disederhanakan" (simplified sewerage) yang merupakan adaptasi dari sistem pembuangan konvensional dengan menggunakan kriteria yang mencerminkan kemajuan pengetahuan sekarang dan tersedianya bahan. Dengan cara ini biaya bisa dihemat hinga 40% sampai 50%. Desain ini memungkinkan lebih sedikit lubang got, waktu merancang yang lebih pendek, dan ukuran-ukuran pipa minimum yang lebih kecil (pipa plastik yang sekarang sudah menggantikan pipa beton atau tanah), serta pipa ditanam lebih dangkal (karena udara dingin bukan masalah di sebagian besar negara berkembang).
Dulu, sistem yang terpusat lebih mendapat perhatian. Tetapi, dengan urbanisasi yang makin cepat, kondisinya menjadi tidak ekonomis untuk mengumpulkan kotoran ke tangki antara yang besar dan membawanya ke suatu pusat untuk diolah. Juga, dengan mengingat kegagalan sistem pengolahan di masa lalu, hal ini bisa menyebabkan bencana lingkungan. Jalan keluar dari masalah ini yang lebih baik adalah dengan membuat instalasi yang tidak terpusat, dan setiap instalasi melayani suatu bagian kota. Dengan cara ini biaya bisa dihemat secara signifikan. Di kota Toledo di negara bagian Parana, Brasilia, diperkirakan bahwa dengan menyediakan 15 instalasi pengolahan dan tidak hanya dua, penghematan bisa mencapai 15%. Instalasi yang tidak terpusat seperti itu juga mampu mengatasi salah satu masalah yang muncul dengan adanya urbanisasi yang tak terkendali saat ini, yaitu: hampir tidak mungkin merancang pemecahan yang memakan lebih sedikit biaya untuk instalasi pengolahan yang terpusat dengan usia desain paling tidak 20 tahun jika para perencana kota tidak bisa menentukan pola penggunaan tanah di kota di masa yang akan datang.
Di banyak negara berkembang, limbah cair sering dibuang tanpa diolah, atau limbah melewati instalasi pengolahan yang cara kerjanya tidak beres sehingga aliran yang keluar dari instalasi tersebut tidak lebih baik daripada limbah mentah. Banyak orang tidak menyadari bahwa seandainyapun pengolahan limbah konvensional yang ada bekerja cukup efektif, aliran yang keluar masih tetap sangat 'patogenis'. Karena aliran itu akan dan seharusnya digunakan lagi untuk penyediaan air atau irigasi, hal ini jelas merupakan masalah yang serius.
Jalan keluar ideal dari masalah ini ialah dengan menggunakan kolam-kolam penyeimbang (stabilisator) untuk pengolahan. Kolam-kolam yang mudah dirawat dan dioperasikan ini memberikan waktu penahanan yang lama sehingga patogen-patogen itu bisa mati secara alami. Dalam kondisi yang sesuai, aliran dari kolam ini atau sistem pengolahan yang lain bisa diberi 'polesan' akhir di tanah-tanah rawa, alami atau buatan. Teknik ini relatif baru, tapi tampaknya akan bertambah penting di masa mendatang.
Masalah utama dengan kolam penyeimbang adalah dibutuhkan tanah luas yang langka di kota-kota besar.
Untuk masalah ini ada tiga jalan keluar. Pertama, membagi kota menjadi sub-sub bagian dan menggunakan sistem pengolahan tak terpusat. Dengan cara ini biaya bisa dihemat. Cara kedua ialah meletakkan kolam-kolam ini agak di luar kota. Ketika kota meluas, kolam bisa 'didaurulang' untuk pengembangan kota, dan limbah cair yang masuk dipompa ke dalam kolam baru yang letaknya lebih luar lagi. Cara ketiga ialah mengadopsi cara pengolahan limbah yang sedikit berbeda. Jika kolam penyeimbang dipakai untuk menumbuhkan gulma rumput bebek (lemna), maka kolam ini nanti bisa digunakan untuk berternak ikan; atau jika rumput bebek itu dikeringkan bisa menjadi makanan ikan dan unggas. Cara ini mengubah limbah yang sebelumnya merupakan masalah kota yang memakan banyak biaya menjadi sumber protein yang menghasilkan pemasukan uang. Produktivitas kolam ini begitu tinggi sehingga bentuk budidaya air ini mungkin secara ekonomi akan sangat menarik kecuali sampai tanah itu hampir habis termakan pengembangan kota.
Bentuk pengolahan limbah kotoran yang menggunakan rumput bebek atau tanaman lain seperti bunga bakung air sebenarnya secara informal telah ada selama bertahun-tahun. Namun sekarang cara ini dikembangkan sebagai alat yang lebih resmi dan sistematis untuk memecahkan kebutuhan daerah perkotaan. Di Calcutta misalnya, suatu sistem budidaya air dengan pakan limbah cair sekarang bisa menghasilkan 20 ton ikan segar setiap hari untuk dijual di kota itu. Suatu sistem rumput bebek di Bangladesh yang mengolah limbah cair dari 3.000 orang membutuhkan biaya operasi kurang dari 200 taka per hari. Rumput bebek yang dipanen (0.5 ton basah per hari) dan diolah sebagai makanan unggas bernilai sekitar 500 taka per hari; kalau digunakan untuk beternak ikan malah bisa menjadi 3. 500 taka per hari. Ini mungkin merupakan satu-satunya instalasi pengolahan limbah berkesinambungan di dunia yang menghasilkan keuntungan dari operasinya.

Kesimpulan

Kelangkaan air sudah merupakan kenyataan di banyak negara berkembang yang akan makin memburuk dengan meningkatnya jumlah penduduk. Urbanisasi yang cepat mengakibatkan masalah serius dalam hal penyediaan dan pemeliharaan layanan air dan sanitasi yang pokok di daerah-daerah perkotaan.
Konservasi sumber-sumber daya, penggunaan yang efisien, dan penyediaan layanan yang berkesinambungan, terjangkau dan diterima bagi setiap orang harus lebih diperhatikan daripada pelayanan yang diperuntukkan bagi sedikit orang terpilih, dan penggunaan teknologi yang membutuhkan subsidi besar yang akan macet hanya dalam waktu singkat.
Teknologi manapun yang bisa memenuhi kriteria tersebut harus dianggap cocok. Dari sistem yang sederhana tapi jalan lebih banyak manfaat yang bisa diharapkan daripada dari yang mewah tapi macet. Hal ini bisa berarti memulai dengan membuat kran umum untuk penyediaan air dan kakus VIP untuk layanan sanitasi yang sudah merupakan perbaikan besar daripada sekedar menunggu hingga sistem yang 'tepat' bisa didirikan. Pada saat yang bersamaan masyarakat berharap bisa memperbaiki sistem mereka begitu situasi dan kondisi memungkinkan. Dan kemungkinan ini harus menjadi pilihan.
Banyak kelompok masyarakat di negara berkembang memiliki banyak sumber daya tertentu tapi miskin keahlian dan peralatan impor. Karena itu proyek yang diharapkan bisa tahan lama harus lebih menekankan pada pengembangan industri lokal untuk manufaktur dan konstruksi. Kekokohan harus lebih ditekankan daripada keterandalan; maksudnya, memungkinkan perbaikan cepat sesuatu yang rusak dengan memakai sumber-sumber daya lokal yang ada.
Perencana perlu berpikir "kecil dan lokal". Membuat perencanaan yang besar dan terpusat memerlukan pengendalian atas urbanisasi yang akan datang. Di banyak negara berkembang kendali inilah yang tidak ada, dan mungkin adanya proyek-proyek besar yang terpusat itu secara ekonomis tidak lagi signifikan.

Proyek-proyek harus `sirkular', bukan `linear'. Idealnya, limbah harus diolah dan didaur ulang di tempat limbah itu berasal. Membuang limbah sehingga menjadi masalah bagi masyarakat lain tidak lagi bisa diterima.

Akhirnya, penyediaan air harus diintegrasikan dengan layanan lingkungan perkotaan yang lainnya. Terutama, dalam kaitan eratnya dengan sanitasi, dua hal ini harus dikembangkan secara paralel. Tetapi, sanitasi tidak akan dianggap sebagai prioritas penting tanpa adanya saluran pembuangan air (selokan-selokan) dan selokan tidak akan jalan tanpa adanya pengelolaan limbah padat yang lebih baik.

Manfaat dan perlindungan optimal terhadap lingkungan hanya bisa diberikan oleh paket layanan terpadu yang dirancang dengan baik.

Daftar Pustaka

Azevedo Netto, José M. Innovative and Low Cost Technologies Utilized in Sewerage. Environmental Health Program Report No. 29, Washington, D.C.: Pan American Health Organization, March 1992.

Esrey, Steven A. et al. Health Benefits From Improvement in Water Supply and Sanitation. WASH Technical Report No. 66. Arlington, VA.: Water and Sanitation for Health Project, July 1990.

Feachem, Richard G., David J. Bradley, Hemda Garelick, and D. Duncan Mara. Sanitation and Disease; Health Aspects of Excreta and Wastewater Management. New York: John Wiley & Sons, Inc., 1983.

Franceys, R. J. Pickford, and R. Reed. A Guide to the Development of On-Site Sanitation. Geneva, Switzerland: World Health Organization, 1992.

Hébert, Paul., and Yniguez, Cesar. Sensitivity of Water Distribution Costs to Design and Service Standards: A Philippine Case Study. Technology Advisory Group Technical Note 16 (TAG TN16). Washington, D.C.: The World Bank, 1986.

Journey, W.K., and Andrew J. Macoun. Wastewater Treatment With Duckweed Aquaculture. Infrastructure Notes No. W&S SW-10. Washington D.C.: The World Bank, October 1993.

Making Aquatic Weeds Useful: Some Perspectives for Developing Countries. Washington, D.C.: National Academy of Science, December 1976.

Mara. D. Duncan. The Design of Pour-Flush Latrines. Technical Advisory Group Technical Note No. 13 (TAG TN13). Washington, D.C.: The World Bank, 1984.

Otis, Richard J., and D. Duncan Mara. The Design of Small Bore Sewer System. Technical Advisory Group Technical Note 14 (TAG TN14). Washington, D.C.: The World Bank, 1985.

Postel, Sandra. The Last Oasis. New York: W.W. Norton & Company, 1992

Postel, Sandra, "The Politics of Water." World Watch, Vol. 6, No. 4, July-August 1993.

Tayler, Kevin, and Andre Cotton. Urban Upgrading: Options and Procedures for Pakistan. Leicestershire, England: Water Engineering and Development Center, Loughborough University of Technology, 1993.

Whittington, Dale, Donald T. Lauria, Albert M. Wright, Keyongae Choe, Jeffrey A. Hughes, and Venkateswarlu Swarna. Household Demand for Improved Sanitation Services: A Case Study of Kumasi, Ghana. Washington, D.C.: The World Bank, May 1992.

World Development Report 1992: Development and the Environment. Washington, D.C.: The World Bank, 1992.

World Health Organization. Report of the WHO Commission on Health and Environment. Document WHO/EHE/92.1. Geneva, Switzerland: World Health Organization, 1992.

World Resources, 1992-93. Report by the World Resources Institute in collaboration with the United Nations Environment Program and the United Nations Development Program. New York: Oxford University Press, 1992.

Kontak

American Water Works Association
6666 West Quincy Avenue
Denver, Colo. 80235 U.S.A.
Tel: 303-794-7711

Board on Science and Technology
for International Development
National Research Council
2101 Constitution Avenue, N.W.
Washington, D.C. 20418 U.S.A.
Tel: 202-334-3585
Fax: 202-334-2660

World Health Organization
EHE/CWS
1211 Geneva 27
Switzerland
Tel: 41-22-991-2111
Fax: 41-22-791-0746

National Small Flows Clearinghouse
West Virginia University
Morgantown, W. Va. 26506-6064
U.S.A.
Tel: 1-800-624-8301

Pan American Health Organization
525 23rd Street, N.W.
Washington, D.C. 20037 U.S.A.
Tel: 202-861-3313

United Nations Development Program
Division of Public Affairs
Room DC1-1900

One United Nations Plaza
New York, N.Y. 10017 U.S.A.
Tel: 212-906-5000

Water and Engineering Development Center
Loughborough University of Technology
Leicetershire LE11 3TU, England
Tel: 44-509-222885
Fax: 44-509-211079

Water and Sanitation for Health Project
1611 North Kent Street, Room 1001
Arlington, Va. 22209-2111 U.S.A.
Tel: 703-243-8200
Fax: 703-525-9137

World Bank
Water Supply and Sanitation Division
1818 H Street, N.W.
Washington, D.C. 20433 U.S.A.
Tel: 202-473-2595

Worldwatch Institute
1776 Massachusetts Avenue, N.W.
Washington., D.C. 20036 U.S.A.
Tel: 202-452-1999
Fax: 202- 296-7365

Tidak ada komentar:

Posting Komentar